Selasa, 22 Februari 2011

Formula Satu

Formula Satu, disingkat F1 (atau bernama lengkap The FIA Formula One World Championship), adalah kelas balapan mobil formula tempat duduk tunggal yang tertinggi. Terdiri dari sejumlah seri balapan yang dikenal dengan istilah Grand Prix. Balapan diselenggarakan di dalam sirkuit atau jalan umum dalam kota yang ditutup untuk umum. Hasilnya menentukan dua gelar juara dunia, satu untuk pembalap dan satu lagi untuk konstruktor. Pada balapan, mobil balap dapat mencapai kecepatan 300 km/h (185 mph) yang dihasilkan oleh mesin yang dapat mencapai tenaga sebesar 900 daya kuda pada putaran mesin sekitar 18.000 rpm (per 2005).
Eropa adalah pusat tradisi Formula Satu dan tetap menjadi pusatnya hingga sekarang. Sekarang ini Grand Prix telah diadakan di seluruh penjuru dunia, dengan seri balapan baru di Bahrain, RRC, Malaysia dan Turki. Formula Satu adalah balap mobil termahal baik dalam segi produksi maupun olahraganya.
Aturan mainnya diatur oleh Fédération Internationale de l'Automobile (FIA), yang bermarkas di Place de la Concorde, Paris. Presidennya yang sekarang adalah Jean Todt, dan secara umum disponsori dan diatur oleh pemegang hak komersial resmi Bernie Ecclestone melalui berbagai perusahaan.
Di Indonesia, Formula Satu pernah ditayang di TVRI dari 1963 hingga 1997, di RCTI dari 1999 hingga 2000, di TPI dari 2001 hingga 2004 dan di Global TV dari 2005 hingga sekarang.

Sejarah

 

Seri Formula Satu berakar pada seri grand prix motor Eropa pada sekitar 1920-an dan 1930-an. Sejumlah organisasi balap grand prix membuat sejumlah aturan untuk kejuaraan dunia sebelum Perang Dunia II. Dengan alasan penundaan karena perang, kejuaraan dunia pembalap tidak diformalkan sampai 1947 dan berlangsung untuk pertama kalinya pada 1950. Kejuaraan dunia konstruktor kemudian menyusul pada 1958. Balapan Formula Satu tanpa gelar diselenggarakan bertahun-tahun, tetapi dikarenakan membengkaknya biaya kompetisi mengakibatkan kompetisi ini berakhir pada awal 1980-an.
Nama olahraga ini, Formula Satu, mengindikasikan bahwa ini merupakan olahraga yang paling maju dan kompetitif diantara balapan mobil

Awal kompetisi

Gelar juara dunia Formula Satu pertama kali dimenangkan oleh pembalap Italia Emilio Giuseppe "Nino" Farina dengan mobilnya Alfa Romeo tahun 1950, dengan mengalahkan rekan setimnya, pembalap Argentina Juan Manuel Fangio. Akan tetapi, Fangio memenangkan gelar juara dunia pada tahun 1951 dan empat kali pada enam tahun berikutnya. Fangio kemudian menjadi legenda yang mendominasi tahun-tahun pertama kompetisi Formula Satu.
Juara dunia dari Britania Raya yang pertama adalah Mike Hawthorn, yang mengendarai Ferrari memenangkan gelar juara pada 1958. Kemudian Colin Chapman memasuki kompetisi F1 sebagai perancang mobil dan kemudian menjadi pendiri Lotus, British racing green datang untuk mendominasi kompetisi pada beberapa dekade berikutnya. Jim Clark, Jackie Stewart, Jack Brabham, Graham Hill, dan Denny Hulme adalah sederetan nama pembalap dari tim Inggris dan negara-negara persemakmuran yang memenangkan dua belas gelar juara dunia antara tahun 1962 hingga 1973.
Tahun 1962, Lotus memperkenalkan mobil dengan rangka aluminium yang dikenal dengan istilah monocoque yang menggantikan rangka tubular tradisional. Penemuan ini kemudian menjadi langkah kemajuan teknologi besar sejak penemuan mobil mid-engines. Tahun 1968 adalah tahun pertama kalinya olahraga ini memakai sponsor yaitu dimulai dengan Lotus yang mengecat "Imperial Tobacco" di mobilnya.
Aerodinamika gaya tekan kebawah (downforce) secara perlahan memainkan peranan penting dalam perancangan mobil, dimulai dengan munculnya aerofoil tahun 1960-an. Akhir tahun 1970, Lotus memperkenalkan aerodinamika efek tanah (ground effect) yang menghasilkan gaya tekan yang bagus sehingga meningkatkan kecepatan di tikungan (konsep ini pernah diujicoba sebelumnya oleh Jim Hall dengan tim IndyCar-nya pada tahun 1960-an.
Federation Internationale du Sport Automobile kemudian didirikan pada 1979.

Kepopuleran

Tahun 1981 dikenal sebagai awal dari adanya Concorde Agreement, sebuah kontrak yang mengikat tim-tim untuk berkompetisi sampai masa berakhirnya kontrak. Kontrak itu juga berisi tentang pembagian sama rata atas keuntungan yang didapat dari hasil penjualan hak televisi. Merupakan tanda berakhirnya Perang FISA-FOCA. Concorde Agreement yang kedua ditandatangani pada 1992 dan yang ketiga pada 1997 dimana akan berakhir pada akhir 2007.
Tim F1 Renault memperkenalkan mesin turbocharged pada tahun 1977 yang dapat menghasilkan lebih dari 700 bhp. Pada tahun-tahun berikutnya, khususnya 1987, mobil-mobil Formula Satu dapat menghasilkan lebih dari 1.000 bhp. FIA kemudian memberlakukan aturan kapasitas tanki bahan bakar pada 1984 dan kemudian melarang mesin turbocharged tahun 1989 untuk membatasi kecepatan mobil yang semakin meningkat.
Awal 1990 ditandai dengan diperkenalkannya alat bantu elektronik seperti power steering, traction control dan gearbox semi otomatis. FIA, dikarenakan banyaknya komplain mengenai hasil balapan yang lebih ditentukan oleh teknologi dibandingkan keahlian pembalap, melarang beberapa alat bantu tersebut pada 1994. Walaupun demikian banyak pengamat berpendapat bahwa larangan atas alat bantu pembalap tersebut tidak berarti sama sekali karena FIA tidak mempunyai teknologi atau metode untuk menghilangkan fitur-fitur tersebut dari kompetisi.
Tim McLaren dan Williams mendominasi balapan 1980-an dan 1990-an. Honda dan McLaren mendominasi banyak pada 1980-an, sementara tim Williams yang diperkuat mesin Renault memenangi beberapa gelar juara dunia pertengahan 1990-an. McLaren kemudian kembali pada akhir 1990-an. Pertarungan antara legenda Senna dan Prost menjadi pusat perhatian pada musim 1988 dan berlanjut sampai akhir 1993 dimana Prost menyatakan untuk pensiun. Ayrton Senna secara tragis tewas pada tabrakan di Grand Prix F1 San Marino 1994. Sejak itu banyak langkah diambil FIA untuk meningkatkan standar keamanan. Tidak ada pembalap yang tewas di balapan sejak saat itu.
Pembalap dari McLaren, Williams, Renault (dulunya bernama Benetton) dan Ferarri merupakan empat tim teratas yang memenangi gelar juara dunia dari 1984 sampai saat ini. Karena kemajuan teknologi sejak 1990-an, biaya kompetisi Formula Satu juga meningkat. Kedua hal ini mengakibatkan tim-tim lainnya mengalami kesulitan tidak hanya untuk bertahan dalam kompetisi namun untuk bertahan dalam bisnis. Masalah keuangan mengakibatkan beberapa tim untuk mundur. Sejak 1990, 28 tim telah mundur dari kompetisi Formula Satu. Salah satunya yang terjadi akhir-akhir ini adalah mundurnya tim Jordan.

[sunting] F1 Modern

Keselamatan adalah satu hal penting di era F1 modern.
Logo resmi F1 adalah bagian dari usaha memberikan F1 sebuah identitas perusahaan.
Banyak rekor telah dipecahkan pada kompetisi di abad ke-21, khususnya di tangan pembalap Jerman Michael Schumacher dan pembalap muda Spanyol Fernando Alonso. Awal tahun 2000 merupakan tahun dominasi Michael Schumacher dan tim Ferarri. Pada tahun 2001, Schumacher memecahkan rekor untuk kemenangan terbanyak; rekor sebelumnya dipegang oleh Alain Prost, dengan 51 kemenangan. Pada tahun 2002, Schumacher mencatat rekor klaim juara paling awal dengan menjuarai Grand Prix F1 Perancis 2002 pada bulan Juli tahun itu. Tahun 2003, Schumacher mengklaim gelar juara dunianya yang ke-6, mengalahkan pemegang rekor sebelumnya Juan Manuel Fangio yang memegang gelar juara dunia lima kali. Rekornya sekarang adalah 7 gelar juara dunia. Tahun 2003 Fernando Alonso menjadi pembalap termuda yang menempati posisi pertama (pole position) saat memimpin babak kualifikasi pada Grand Prix F1 Malaysia 2003. Pada tahun itu juga ia menjadi pembalap termuda yang menjuarai seri Grand Prix ketika ia menjuarai seri Hungaria.
Walaupun dominasi Ferrari yang kuat, Kimi Räikkönen yang mengendarai McLaren mempunyai kesempatan besar untuk memenangi gelar juara dunia pada seri 2003. Juan Pablo Montoya yang mengendarai Williams juga memiliki kesempatan besar tahun 2003. Dominasi kuat Ferrari mencapai titik baliknya pada 25 September 2005, ketika Fernando Alonso memenangkan gelar juara dunia seri 2005 dengan finish pada tempat ke-3 di Grand Prix F1 Brasil 2005 dan juga memecahkan rekor juara dunia termuda menggantikan pemegang rekor sebelumnya Emerson Fittipaldi dari Brasil. Michael Schumacher sebelumnya memegang gelar juara dunia selama lebih dari 1.800 hari.
Format kualifikasi berganti beberapa kali pada kompetisi tahun 2003. Salah satunya adalah keharusan bagi pembalap untuk memulai balapan dengan jumlah bahan bakar yang sama setelah kualifikasi, yang memaksa tim untuk mencari strategi baru. Peraturan lainnya yaitu pembatasan pemakaian mesin yang sama untuk dua kali balapan. Pembalap yang mengganti mesinnya akan mendapatkan penalti memulai balapan dari posisi paling belakang. Pembalap juga tidak diperkenankan untuk mengganti ban selama balapan berlangsung, kecuali untuk mengganti ban yang rusak sehingga dapat berisiko pada keselamatan pembalap.
Beberapa seri balapan di abad ke-21 juga mempunyai beberapa kontroversial dan skandal. Pada seri Australia tahun 2002, Rubens Barrichello, rekan setim Schumacher di Ferrari yang sedang memimpin diperintahkan untuk membiarkan Schumacher untuk mengambil alih pimpinan lomba. FIA kemudian merespon dengan melarang team order di peraturan yang baru. Pada Grand Prix F1 Amerika Serikat 2005 di sirkuit Indianapolis, kompetisi hanya diikuti tiga tim dari keseluruhan 10 tim ketika pabrikan ban Michelin menginformasikan bahwa ban buatannya tidak cukup aman untuk digunakan dalam lomba, sehingga menyebabkan semua tim yang menggunakan bannya untuk tidak mengikuti lomba. Hal tersebut dikarenakan FIA menolak untuk mengganti peraturan mengenai ban.
Awal tahun 2000, badan administrasi Formula Satu pimpinan Bernie Ecclestone membuat sejumlah merek dagang termasuk logo resmi dan situs web resmi untuk memberikan Formula Satu identitas perusahaan.
Tahun 2005 menandakan berakhirnya era mesin 10 silinder yang digunakan selama lebih dari dua dekade. Mesin baru bersilinder 8 direncanakan untuk diperkenalkan pada awal musim kompetisi 2006.

Strategi

Lihat pula: Balapan Formula Satu, Peraturan Formula Satu
Sebuah seri balapan Formula Satu dilaksanakan pada akhir minggu, dimulai dengan dua kali latihan bebas pada hari Jumat dan dua kali latihan bebas pada hari Sabtu. Pembalap ketiga diijinkan untuk turun pada latihan bebas untuk tim yang finish pada seri balapan sebelumnya di posisi 5 kebawah. Setelah sesi latihan, dilaksanakan sesi kualifikasi yang dimulai dengan flying lap (dimana pembalap diukur waktunya dalam menempuh sekali putaran dalam trak yang kosong diukur dari gari start) yang menentukan posisi pembalap pada sesi lomba pada hari Minggu. Pembalap yang menempuh waktu tercepat pada babak kualifikasi mendapatkan pole position dan pembalap yang terlambat akan menempati posisi terakhir.
Lomba dimulai dengan putaran formasi pemanasan (warm up) setelah itu mobil kembali pada urutan yang sesuai di garis start sesuai hasil kualifikasi sebelumnya. Jika seorang pembalap mengalami stall sebelum putaran pemanasan dan dilewati sisa pembalap lainnya, ia harus memulai lomba dengan start dari posisi paling belakang. Selama ia bisa bergerak dan sedikitnya satu mobil masih di belakangnya, ia dapat menempati posisinya.
Sebuah sistem lampu di atas lintasas akan memberikan sinyal untuk lomba dimulai. Jarak yang ditempuh sekitar 300 kilometer (180 mil) dan dibatasi untuk selama dua jam. Sesi latihan hanya sekitar 90 menit. Selama lomba berlangsung, pembalap dapat melakukan satu atau lebih pit stop untuk melakukan penggantian ban atau komponen yang rusak.
FIA memberikan nilai kepada delapan pembalap tercepat dan kepada timnya setiap seri balapan. Berturut-turut nilai yang diberikan adalah 25-18-15-12-10-8-6-4-2-1 (juara mendapatkan nilai 25, pembalap kedua mendapatkan nilai 18, dan seterusnya). Juara dunia satu musim adalah pembalap dan tim yang mendapatkan nilai tertinggi pada akhir musim kompetisi.

Pembalap dan konstruktor

Michael Schumacher dan Tim F1 Ferrari telah memenangkan gelar juara dunia beberapa kali.
Lihat pula: Daftar konstruktor Formula Satu, Daftar pembalap Formula Satu, Daftar tokoh Formula Satu, Daftar juara dunia pembalap Formula Satu, Daftar juara dunia konstruktor Formula Satu
Tim Formula Satu membangun sendiri kendaraan yang dipakai untuk berkompetisi. Istilah "konstruktor" dapat diartikan sebagai tim-tim tersebut. Persyaratan inilah yang membedakan olahraga ini dengan seri-seri balapan lain seperti Indy Racing League, Champ Cars, dan NASCAR, yang memperbolehkan mereka untuk membeli kendaraan, dan seri-seri seperti GP2, yang mengharuskan satu jenis kendaraan untuk semua tim. Pada tahun-tahun pertama, tim-tim Formula Satu juga membuat sendiri mesin yang dipakai. Sekarang ini hal tersebut semakin jarang terjadi dikarenakan keterlibatan pabrikan-pabrikan mobil utama seperti BMW, DaimlerChrysler, Renault, Toyota, dan Honda.
Keterlibatan awal pabrikan mobil datang dalam istilah "tim pabrikan" seperti Alfa Romeo, Ferrari (FIAT) dan Renault. Perusahaan seperti Climax, Repco, Cosworth, Hart, Judd dan Supertec, yang tidak memiliki hubungan dengan tim manapun seringkali menjual mesin ke tim-tim yang tidak mampu untuk membuatnya.
Sejak menghilang pada awal 1980-an, tim pabrikan kembali lagi pada 1990-an dan 2000-an. Toyota, Ferrari (FIAT) dan Renault telah memiliki tim sendiri. BMW mengikuti langkah tersebut dengan membeli bekas tim Sauber. Honda akhir-akhir ini juga telah memiliki pengaruh atas bekas British American Racing. Pabrikan mesin seperti DaimlerChrysler menyediakan mesin dan menjadi sponsor bagi tim-tim lainnya dengan balasan iklan pada baju dan mobil. Pabrikan lainnya memilih menjadi penyedia mesin komersial seperti Cosworth.
Lomba Formula Satu musim 1950 terdiri dari 18 tim. Dikarenakan biaya yang makin membengkak, banyak yang keluar dari persaingan dengan cepat. Scuderia Ferrari menjadi satu-satunya tim yang berkompetisi sejak 1950. Per 2005 hanya sepuluh tim yang tersisa, setiap tim menyediakan dua mobil. Walaupun setiap tim merahasiakan informasi mengenai anggaran dana mereka, tetapi diperkirakan anggaran tersebut berkisar antara 75 juta USD sampai 500 juta USD untuk setiap timnya.
Untuk menjadi tim baru di kejuaraan dunia Formula Satu membutuhkan dana 25 juta poundsterling (sekitar 50 juta USD) yang dibayarkan dimuka kepada FIA, yang kemudian dibayarkan kembali kepada tim tersebut akhirnya. Sebagai konsekuensinya, konstruktor yang ingin memasuki kompetisi Formula Satu seringkali lebih suka membeli tim yang sudah ada seperti: B.A.R. yang dibeli oleh Tyrrell dan Midland yang dibeli oleh Jordan.
Setiap mobil diberikan nomor. Juara dunia musim sebelumnya diberikan nomor 1, rekan setimnya diberikan nomor 2. Nomor-nomor berikutnya diberikan sesuai dengan posisi masing-masing konstruktor pada musim sebelumnya. Pengecualian diberikan jika juara dunia sebelumnya tidak lagi ikut berkompetisi. Nomor 13 tidak digunakan sejak 1974. Sebelum 1996, hanya juara dunia pembalap dan timnya yang bertukar angka dengan juara musim sebelumya. Sisanya tetap menggunakan nomor yang sama dengan musim sebelumya, dimana nomor-nomor tersebut ditetapkan pada musim 1974. Contohnya untuk beberapa tahun, Ferrari menggunakan nomor 27 dan 28, tidak peduli berapapun posisi yang mereka raih pada kompetisi. Seiring dengan bergabungnya tim-tim baru pada awal 1990-an, nomor-nomor kemudian secara rutin diacak kembali sampai sistem yang sekarang berlaku sejak 1996.
Michael Schumacher memegang rekor untuk pembalap yang paling sering menjadi juara dunia (tujuh kali) dan Scuderia Ferrari memegang rekor konstruktor yang paling sering menjadi juara dunia (14 kali).

Grand Prix

Deretan mobil pada tikungan di sirkuit Sirkuit Indianapolis pada Grand Prix F1 Amerika Serikat 2003
Lihat pula: Daftar grand prix Formula Satu
Jumlah Grand Prix yang diselenggarakan di setiap musim balapan berubah-ubah sepanjang waktu. Musim pertama tahun 1950 terdiri dari 7 sesi dan terus bertambah sepanjang waktu. Sejak 1980 jumlah sesi balap bertahan di 16 atau 17 seri dan kemudian mencapai 19 seri di tahun 2005.
Enam dari tujuh seri balap musim pertama berada di Eropa menyisakan seri Indianapolis sebagai satu-satunya seri balapan yang diselenggarakan di luar Eropa. Kompetisi F1 kemudian secara bertahap meluas ke negara-negara non Eropa. Argentina menjadi satu-satunya negara di Amerika Selatan yang menyelenggarakan grand prix pada tahun 1953. Maroko kemudian menjadi negara Afrika pertama yang menjadi tuan rumah balapan F1 tahun 1958. Menyusul kemudian Asia (Jepang tahun 1976) dan Oseania (Australia tahun 1985). Seri balapan yang sekarang tersebar di sejumlah negara di benua Eropa, Asia, Oseania, Amerika Utara dan Amerika Selatan.
Umumnya, setiap negara menjadi tuan rumah grand prix sekali dalam setiap musim yang membawa nama negara tersebut ke pentas internasional. Dengan pengecualian Jerman yang menyelenggarakan dua seri balap setiap musim. Satu diantaranya adalah Grand Prix Eropa.
Sirkuit yang digunakan untuk balapan bisa berbeda dari satu musim ke musim berikutnya. Grand Prix Inggris contohnya diselenggarakan setiap tahun sejak 1950 telah rutin berganti antara Brands Hatch dan Silverstone mulai tahun 1963 sampai 1986. Satu-satunya seri balapan yang ada dalam setiap musim kompetisi adalah Grand Prix Italia. Seri Italia selalu diadakan di Monza, dengan satu pengecualian pada tahun 1980 dimana seri tersebut diadakan di Imola (yang sekarang menjadi sirkuit dari Grand Prix San Marino).
Salah satu seri balapan terbaru adalah yang diadakan di Bahrain dimana menjadi penyelenggaraan balapan F1 pertama di Timur Tengah.

[sunting] Sirkuit

Autodromo Nazionale Monza, sirkuit yang digunakan Grand Prix Italia, adalah salah satu sirkuit F1 yang tertua.
Lihat pula: Daftar sirkuit Formula Satu
Pit lane, tempat dimana pembalap berhenti untuk mengisi bahan bakar selama balapan dan tempat tim bekerja sebelum balapan dimulai umumnya berada di samping garis start. Tempat lainnya di sirkuit berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Umumnya sirkuit yang dipakai menggunakan arah searah jarum jam. Sirkuit yang memakai arah berlawanan dengan arah jarum jam dapat menyebabkan masalah pada leher pembalap karena gaya yang ditimbulkan oleh mobil-mobil F1. Beberapa tikungan-tikungan pada sirkuit-sirkuit F1 diberi nama seperti tikungan Eau Rouge di Spa-Francorchamps, tikungan Tamburello di Imola, Curva Grande di Monza, dan yang terkenal akhir ini adalah tikungan ke-13 di Indianapolis, dikenal sebagai tikungan tercepat dalam olahraga ini.
Kebanyakan sirkuit yang digunakan sekarang ini adalah sirkuit yang khusus dibuat untuk kompetisi F1. Satu-satunya sirkuit yang menggunakan jalan raya umum adalah Circuit de Monaco, yang digunakan Grand Prix Monako. Glamour dan sejarah balapan Monako merupakan alasan satu-satunya kenapa sirkuit tersebut masih digunakan sekarang ini karena sirkuit itu dianggap tidak memenuhi standar keselamatan yang diminta. Juara dunia tiga kali Nelson Piquet pernah menggambarkan balapan di Monako seperti "mengendarai sepeda di ruang tamu Anda".
Sirkuit Formula Satu modern memiliki area kosong yang luas, jebakan kerikil dan penghalang ban untuk mengurangi risiko dalam kecelakaan. FIA memerintahkan beberapa perubahan terhadap sirkuit-sirkuit setelah kematian dari Ayrton Senna dan Roland Ratzenberger di Imola selama musim 1994.

Masa depan Formula Satu

Perubahan dan proposal perubahan aturan akhir-akhir ini ditujukan untuk menghilangkan "perang ban" yang dikritik telah memindahkan lomba dari kompetisi pembalap ke kompetisi ban.
Lihat pula: Masa depan Formula Satu
Formula Satu sempat mengalami masa-masa sulit pada awal 2000-an. Fans mengekspresikan kehilangan minat mereka karena dominasi dari Michael Schumacher dan Scuderia Ferrari. Pada masa sekarang ini, FIA dibebani tanggung jawab untuk membuat aturan yang dapat mengurangi biaya yang makin meningkat sehingga dapat mempengaruhi tim-tim kecil serta aturan untuk meningkatkan keselamatan pembalap.

Perubahan lokasi

Dalam rangka untuk meningkatkan citra olahraga ini sebagai kejuaran dunia, presiden FOM Bernie Ecclestone telah merencanakan sejumlah grand prix untuk diadakan di sejumlah negara baru. Per 2005, perubahan ini telah menghasilkan pengurangan satu seri balapan, Grand Prix Austria yang terakhir diadakan pada 2003. Akan tetapi beberapa tim telah menyatakan keinginan agar kalender kompetisi dipersingkat sehingga masa depan seri balapan seperti Grand Prix Inggris, Grand Prix Perancis dan Grand Prix San Marino semakin diragukan.
Grand Prix Turki pertama kali diadakan dalam musim 2005 di IstanbulPark. Kemudian sebuah Grand Prix Meksiko sudah direncanakan untuk diadakan tahun 2006, selain itu Ecclestone juga sudah menyatakan akan membawa F1 ke Afrika Selatan dalam lima tahun kedepan. Ia juga menyatakan keinginannya untuk menyelenggarakan Grand Prix Rusia di Moskow atau St Petersburg dalam waktu mendatang. Ratifikasi Uni Eropa tentang pelarangan iklan tembakau yang mulai berlaku pada 31 Juli 2005 semakin memaksa para produsen produk tembakau yang menjadi sponsor olahraga untuk beralih ke lokasi di luar Eropa.
Masa depan Grand Prix Amerika Serikat di Sirkuit Indianapolis juga diragukan sejak hanya enam mobil yang berlomba pada musim 2005 dikarenakan isu masalah keselamatan oleh produsen ban Michelin. Grand Prix Amerika Serikat telah resmi dijadwalkan untuk diselenggarakan kembali pada 2 Juli 2006.

Perubahan peraturan

Demi keselamatan, FIA telah membuat sejumlah perubahan pada peraturan mulai musim 2005, termasuk larangan pergantian ban. Untuk memangkas biaya, aturan setiap mesin harus digunakan untuk dua kali balapan diperkenalkan. Kedua isu tersebut, keselamatan dan biaya adalah dua garis besar yang membawahi sejumlah peraturan yang akan dibuat.
Pola babak kualifikasi sekarang menjadi sekali menggantikan pola lama yang digunakan sejak awal musim 2005 sampai Grand Prix Eropa yang terdiri dari dua kali kualifikasi, Sabtu dan Minggu pagi, dengan posisi start ditukar antara yang pertama dengan yang kedua berdasarkan waktu rata-rata yang dicapai pembalap. Akan tetapi pola babak kualifikasi sekarang ini masih tidak disukai oleh baik pembalap maupun tim.
Mulai musim 2006, penggunaan mesin akan menurun yakni jenis 2,5L V8 menggantikan 3.0L V10. Tetapi beberapa tim diijinkan untuk tetap menggunakan mesin V10 dengan beberapa pembatasan untuk mengurangi biaya. Kedepannya, FIA bermaksud untuk membuat pembatasan-pembatasan dan standarisasi peralatan elektronik dan ban.
Kedepannya, beberapa perubahan radikal akan dibuat. Pada 5 Mei 2005, FIA mengusulkan konsep sayap belakang baru yang akan menghilangkan sayap belakang tunggal yang sekarang dipakai dan akan diganti dengan sayap-sayap baru menyerupai kotak dan akan dipasang di belakang masing-masing ban belakang. Perubahan ini direncanakan berlaku pada 2007. [1]
Pada 24 Oktober 2005, komisi Formula Satu memutuskan untuk mengganti sistem kompetisi ke sistem "KO". Pada akhir 15 menit pertama, 5 mobil terlambat tidak diperbolehkan melanjutkan babak kualifikasi. Mobil-mobil ini kemudian akan menempati 5 posisi terbelakang berdasarkan urutan waktu yang dicapai masing-masing mobil. Waktu yang dicapai sisa 15 mobil lainnya kemudian akan dihitung ulang. Pada akhir 15 menit kedua, 5 mobil terlambat kembali tidak diperbolehkan melanjutkan babak kualifikasi dan akan menempati posisi 11 sampai 15 menurut waktu masing-masing mobil. Waktu yang dicapai sisa 10 mobil lainnya akan dihitung ulang. Kemudian untuk 20 menit terakhir adalah untuk menentukan posisi kesepuluh mobil yang tersisa berdasarkan waktu yang dicapai masing-masing mobil. Perubahan ini direncanakan akan berlaku mulai musim 2006. [2]
Juga pada musim 2006, penggantian ban waktu pit stop kembali diperbolehkan. Dasar pertimbangannya adalah dengan pengurangan kapasitas mesin akan mengurangi kecepatan. Pembalap juga diperbolehkan memiliki lebih banyak cadangan ban dibandingkan dengan musim 2005. Tujuh set ban cuaca kering, empat set ban cuaca hujan dan tiga set ban cuaca ekstrim. Pembalap kemudian diharuskan untuk memilih jenis ban cuaca kering sebelum kualifikasi dimulai.

Tim-tim kecil

Mundurnya Ford Motor dari kompetisi Formula Satu mempengaruhi beberapa tim-tim kecil. Jaguar Racing kemudian dijual ke Red Bull yang sekarang menjadi Red Bull Racing.
Jordan dan Minardi sama-sama tergantung kepada mesing-mesing Ford Cosworth. Jordang kemudian mempertimbangkan untuk menggunakan mesing Toyota, sementara Minardi tetap menggunakan mesin Cosworth dibawah pemilik baru Cosworth.
Pada musim 2006, Jordan akan berganti nama menjadi Tim F1 Midland. Bulan Juni 2005, BMW membeli saham mayoritas Sauber dan berniat menjadikan timnya sebagai tim pabrikan pada musim 2006. Sebagai hasilnya tim Williams akan menghentikan kerjasamanya dengan BMW dan memilih untuk menggunakan mesin Cosworth pada 2006.
Tim lain Tim F1 Super Aguri dijadwalkan untuk bergabung dengan F1 pada 2006. Tim ini dinamakan sesuai dengan pendirinya Aguri Suzuki, yang pernah menjadi pembalap F1 dan berpartisipasi dalam 88 kali balapan. Tim ini diperkirakan akan mengontrak bekas pembalap BAR Takuma Sato. Mesin kemudian akan disediakan oleh Honda. Sementara itu pada November 2005, mereka telah mengadakan negosiasi dengan bekas pemimpin tim Minardi Paul Stoddart mengenai pembelian rangka untuk kendaraan mereka, yang kemungkinan akan menggunakan model Arrows tahun 2002.
formula lain.

WilliamsF1

WilliamsF1 (nama resmi perusahaan: Williams Grand Prix Engineering, Ltd. adalah tim balap mobil peserta Grand Prix Formula Satu yang didirikan dan dijalankan oleh Sir Frank Williams dan Patrick Head. Dasawarsa 1980-an dan 1990-an merupakan puncak kejayaan tim Williams yang memenangi sembilan kali gelar juara konstruktor dan tujuh kali untuk gelar juara dunia pembalap. Bersama tim Ferrari, McLaren, Lotus (sekarang bernama Lotus F1 Racing), dan Renault (termasuk saat masih turun atas nama Benetton), tim Williams dijuluki sebagai tim "Raksasa Penguasa F1", yaitu tim-tim yang secara sejarah berkontribusi besar bagi perkembangan dunia balap mobil F1 modern. Williams juga bersama Ferrari dan McLaren sering dijuluki sebagai "Tim Tiga Besar F1" yaitu sebuah sebutan bagi tim yang mampu memenangi balapan di F1 diatas angka 100 kali.
Seluruh sasis tim Williams dinamai FW yang berarti inisial sang pemilik tim, Frank Williams. Beberapa pembalap kenamaan yang sempat turun membalap di F1 bersama Williams diantaranya: Clay Regazzoni, Heinz-Harald Frentzen, Ralf Schumacher, Jenson Button, Juan Pablo Montoya, dan sang legendaris Ayrton Senna. Williams juga dikenal sebagai pembibit para desainer handal. Beberapa diantara nama desainer mobil F1 yang pernah bergabung bersama Williams antara lain: Adrian Newey, Ross Brawn, dan Geoff Willis. Sedangkan pembalap-pembalap yang pernah menjadi juara dunia bersama tim Williams yaitu Alan Jones (1980), Keke Rosberg (1982), Nelson Piquet (1987), Nigel Mansell (1992), Alain Prost (1993), Damon Hill (1996), dan Jacques Villeneuve (1997).
Pada tahun 2011, tim ini menggunakan mesin buatan Cosworth dengan pembalap Rubens Barrichello dan Pastor Maldonado. Beserta sponsor utama mereka AT&T.

Awal mula

Frank Williams memulai tim Williams yang ada saat ini pada 1977 setelah sebelumnya dikenal dengan nama: "Frank Williams Racing Cars" (FWRC). Awalnya tim FWRC gagal untuk mencapai keberhasilan yang diinginkan Frank Williams. Meskipun sebelumnya ada janji dari pemilik baru FWRC yaitu jutawan Kanada Walter Wolf, Williams di musim 1976 tetap tidak kompetitif. Masuk ke tahun 1977 Frank kemudian mengambil alih aset Walter Wolf dan pindah ke Didcot untuk kemudian membangun tim baru bernama "Williams Grand Prix Engineering". Frank lantas merekrut insinyur muda bernama Patrick Head bekerja untuk tim, dan kemudian kelak pasangan ini dikenal sebagai duet tersukses dalam sejarah F1.

Sejarah di ajang Formula Satu

Akhir 1970-an


Williams FW06 yang ditampilkan kembali di tahun 2007.
Williams memasuki dunia F1 dengan memakai mobil "custom" March 761 untuk musim 1977. Pembalap Patrick Neve muncul di 11 balapan tahun itu, dimulai dengan penampilannya di Grand Prix Spanyol. Tim gagal mencetak satu poin pun sampai musim usai, dan hanya mencapai posisi finish terbaik di P7 di Monza.[2]
Untuk musim 1978, Patrick Head masuk ke tim dan merancang mobil pertama Williams: FW06. Williams mengontrak pembalap Australia Alan Jones, yang telah memenangkan Grand Prix Austria musim sebelumnya untuk tim Shadow, setelah kematian pembalap utama mereka, Tom Pryce. Lomba pertama Jones untuk tim Williams adalah di Argentina di mana ia menjadi satu-satunya pembalap Williams yang lolos kualifikasi di P14, tapi gagal finish setelah lomba berjalan selama 36 lap akibat kegagalan sistem bahan bakar. Tim ini mencetak poin F1 pertamanya di seri Afrika Selatan ketika Jones finish di urutan keempat. Williams lantas mendapatkan posisi podium pertama mereka di Grand Prix Amerika Serikat[3], di mana Jones finish kedua, sekitar 20 detik di belakang pembalap Ferrari yang juga merupakan pembalap Williams masa depan Carlos Reutemann. Williams mengakhiri musim 1978 dengan finish di posisi 10 klasemen dengan raihan 16 poin, sementara Alan Jones berada di posisi 12 dalam klasemen pembalap.
Patrick Head kemudian merancang FW07 untuk musim 1979. Williams kemudian mencoba inovasi baru yaitu ground effect, yang merupakan sebuah teknologi yang pertama kali diperkenalkan oleh Colin Chapman dari Team Lotus. Williams juga memperoleh keanggotaan dari Asosiasi Konstruktor Formula Satu (FOCA) yang memperbolehkan tim untuk menurunkan dua mobil dalam satu balapan. Alan Jones lantas bermitra dengan pembalap Swiss Clay Regazzoni.[4] Mereka harus menunggu sampai balapan ketujuh musim 1979 yaitu di Monte Carlo, untuk mencetak poin. Regazzoni sebenarnya nyaris saja mengantar Williams memenangi lomba di Monaco, tapi ia kalah tipis dari pembalap Ferrari Jody Scheckter. Balapan berikutnya di Dijon dikenang untuk pertempuran putaran akhir antara René Arnoux vs. Gilles Villeneuve[5], sementara disisi lain, Williams juga berhasil mencatat sejarah pribadi dengan finish dalam raihan poin bagi kedua mobilnya: Jones keempat dan Regazzoni keenam. Kemenangan pertama tim akhirnya datang di Silverstone[6] - Grand Prix rumah mereka - saat Regazzoni finish hampir 25 detik di depan orang lain. Williams lantas mendominasi balapan di Jerman dengan finish 1-2, saat Alan Jones dua detik di depan Regazzoni. Jones kemudian membuat tiga kemenangan berturut-turut di Österreichring, dengan finish setengah menit di depan Ferrari milik Gilles Villeneuve. Belum puas dengan hal tersebut, tim Williams kembali meraih kemenangan di Zandvoort, dengan Alan Jones yang menang dengan selisih nyaman atas Jody Scheckter dari Ferrari. Scheckter mengakhiri rentetan kemenangan Williams setelah ia memenangi balapan di rumah Ferrari di Grand Prix Italia. Namun di akhir musim Alan Jones berhasil menang lagi di Montreal untuk mengakhiri musim F1 Williams yang cukup fantastis. Tim Williams kemudian berhasil naik delapan tingkat di klasemen konstruktor, dan Alan Jones finish di P3 klasemen pembalap dengan 43 poin.

[sunting] 1980-an

Gelar juara dunia pertama

Williams FW08 (1982) yang ditampilkan kembali di Silverstone tahun 2008.
Pada tahun 1980 Alan Jones bermitra dengan Carlos Reutemann dari Argentina. Tim ini memulai musim dengan baik, dengan Jones yang memenangkan putaran pertama musim 1980 di Argentina. Jones memenangkan empat balapan lainnya yaitu di: Paul Ricard, Brands Hatch, Montreal dan putaran terakhir musim di di Watkins Glen. Alan Jones kemudian menjadi pembalap Williams pertama yang berhasil memenangi gelar juara dunia dengan selisih 17 poin dari posisi runner-up Nelson Piquet dari tim Brabham. Williams juga berhasil memenangkan gelar juara dunia konstruktor mereka yang pertama, dengan mencetak 120 poin, hampir dua kali lebih banyak dari pemegang posisi runner-up yang diduduki tim Ligier.
Masuk ke musim 1981, duet Jones-Reutemann memenangkan empat balapan untuk tim. Alan Jones menang pada putaran pertama di Long Beach, California dan putaran terakhir di Las Vegas, sementara Carlos Reutemann menang pada putaran kedua di Jacarepagua dan putaran kelima di Zolder. Williams kembali memenangkan gelar juara dunia konstruktor dengan mencetak 95 poin, 34 poin lebih banyak dari posisi kedua yang ditempati tim Brabham.
Alan Jones pensiun dari Formula Satu di musim 1982, ia kembali satu tahun kemudian untuk balapan satu kali saja dengan tim Arrows. Jones kemudian digantikan oleh pembalap Finlandia, Keke Rosberg, yang tidak mencetak satu poin kejuaraan pun di tahun sebelumnya. Rosberg kemudian memenangkan kejuaraan dunia 1982 dengan hanya menang satu kali balapan saja yaitu di Swiss yang diadakan di Dijon-Prenois. Rekan satu tim Rosberg, Carlos Reutemann, memilih untuk mengundurkan diri dari F1 setelah musim memasuki balapan kedua. Kursinya lantas diisi oleh Mario Andretti untuk GP AS Barat sebelum Derek Daly mengambil alih untuk sisa musim balapan. Tim Williams kemudian hanya berada di urutan keempat dalam kejuaraan konstruktor tahun itu, 16 poin di belakang juara dunia Scuderia Ferrari. Menjelang akhir musim, Frank Williams menyadari bahwa untuk bersaing di tingkat atas Formula Satu ia membutuhkan dukungan dari produsen besar, seperti Renault atau BMW yang bisa memasok timnya dengan mesin turbo.
Aliansi dengan Honda
Masuk ke musim 1983, Frank Williams mencoba untuk menarik pabrikan mesin Honda, yang mengembangkan mesin turbo V6 dengan tim Spirit. Sebuah kesepakatan antara Honda dan Williams akhirnya dicapai di awal tahun 1983 dan tim kemudian menggunakan mesin yang sedianya akan dipakai untuk musim 1984. Untuk sisa musim 1983, Williams menggunakan mesin Ford kecuali untuk balapan putaran terakhir di Afrika Selatan di mana Rosberg finish di P5. Tim lantas berada di urutan keempat dalam kejuaraan konstruktor, dengan mencetak 36 poin, termasuk juga raihan kemenangan untuk Keke Rosberg di Monte Carlo.
Untuk musim 1984 Patrick Head merancang mobil FW09 yang kelihatan cukup canggung. Keke Rosberg berhasil memenangi balapan di Dallas dimana sebelumnya ia berhasil finish kedua di putaran pembuka musim di Jacarepagua. Pasangan tim Rosberg itu, Jacques Laffite, berada di posisi ke-14 di kejuaraan pembalap dengan lima poin. Tim sendiri finish di urutan keenam dengan 25,5 poin, dengan Rosberg yang berada di posisi kedelapan dalam klasemen pembalap.

Mobil Williams FW10 yang dikendarai Nigel Mansell.
Pada tahun 1985, Head mendesain FW10, disaat yang sama, tim McLaren sudah memulai proyek teknologi rancangan sasis dengan serat karbon. Pembalap lokal Nigel Mansell bergabung dengan tim sebagai mitra Rosberg. Tim mencetak empat kemenangan, dua dengan Rosberg yaitu di Detroit dan Adelaide, dan dua lagi bersama Mansell yang memenangkan balapan di Eropa dan Afsel. Williams finish ketiga dalam kejuaraan konstruktor, dengan mencetak 71 poin.
Pada bulan Maret 1986, Frank Williams menghadapi tantangan paling serius dalam hidupnya. Ketika kembali menuju bandara di Nice, ia terlibat dalam kecelakaan mobil yang membuatnya lumpuh. Ia tidak kembali ke pit lane selama hampir setahun. Meskipun tidak diawasi oleh Frank, tim Williams memenangkan sembilan balapan dan berhasil menjuarai kejuaraan konstruktor tahun 1986. Nigel Mansell sendiri nyaris saja menjadi juara dunia 1986, namun ia mengalami masalah saat balapan di Australia yang menyebabkannya kehilangan gelar juara dunia. Kegagalan Mansell kemudian berhasil memuluskan langkah Alain Prost dari McLaren untuk mempertahankan gelar juara dunia yang diraih di 1985, sekalipun ia hanya finish di posisi bawah.

Williams FW11B, yang memenangi musim F1 1987.
Musim 1987 menjadi musim manis bagi koalisi Williams-Honda, karena duet koalisi ini kemudian berhasil menjadi juara dunia baik di kategori pembalap (lewat Nelson Piquet) maupun kategori konstruktor. Dengan raihan 137 angka, Williams berhasil mengungguli McLaren yang ada di posisi runner-up dengan selisih 61 poin dari Williams. Namun di akhir musim, diawali konflik antara Frank Williams dan Honda gara-gara Williams tidak mau memakai Satoru Nakajima sebagai pembalap kedua, Honda akhirnya memutuskan hengkang dari Williams dan memilih untuk bermitra bersama McLaren dan Lotus.
Masa transisi dari Honda ke Renault
Tidak dapat membuat kesepakatan dengan produsen mesin besar, Williams kemudian memutuskan untuk memakai mesin Judd untuk musim 1988.[7] Hal ini kemudian membuat tim Williams menjadi tim biasa-biasa saja, karena dengan mudah mereka dikalahkan oleh para pemakai mesin turbo. Nelson Piquet meninggalkan Williams di 1988 untuk bergabung dengan Lotus karena menurutnya Lotus memiliki kekuatan karena didukung Honda. Williams menggantikan Piquet dengan Riccardo Patrese. Sampai akhir musim, Williams gagal memenangi satu balapan pun. Satu kejadian heboh adalah di GP Italia, saat pembalap pengganti Nigel Mansell, Jean-Louis Schlesser menabrak Ayrton Senna dari McLaren dan 'turut' membantu tim Ferrari finish 1-2 di rumah mereka sendiri.[8]

Williams FW12, mobil Williams pertama bermesin Renault.
Era kemitraan Renault bersama Williams dimulai pada tahun 1989[9], dengan pembalap Riccardo Patrese dari Italia dan pembalap Belgia Thierry Boutsen. Mengawali musim dengan buruk saat dua pembalapnya gagal finish dalam balapan di Rio de Janeiro, Williams secara perlahan tapi pasti mulai menanjak naik.[10] Puncaknya adalah saat balapan keenam di Kanada dimana tim berhasil finish 1-2 untuk pertama kalinya bersama mesin Renault. Williams berhasil finish sebagai runner-up dalam klasemen konstruktor dengan 77 poin, 64 poin di belakang McLaren yang menjadi juara dunia. Patrese sendiri berada di P3 klasemen akhir dengan 40 poin, selisih 41 poin di bawah juara dunia 1989, Alain Prost. Sementara itu, Boutsen berada di P5 klasemen dengan 37 poin.

[sunting] 1990-an


Williams FW14B, yang mengantarkan Nigel Mansell juara dunia 1992.

Nigel Mansell (foto tahun 1991), sang juara dunia pembalap bersama tim Williams tahun 1992.
Masa keemasan
Pada tahun 1990, Williams mempertahankan pasangan Boutsen-Patrese sebagai pembalap tim. Meskipun Patrese memenangkan balapan di San Marino dan Boutsen meraih posisi pole dan memenangi balapan di Hungaria, tim ternyata hanya mencetak 30 poin lebih sedikit dari tahun sebelumnya dan hanya berada di P4 klasemen konstruktor. Dalam kategori kejuaraan pembalap, Boutsen finish di urutan keenam dengan 34 poin dan Patrese ketujuh dengan 23 poin.
Boutsen meninggalkan Williams dan bergabung dengan Ligier pada awal 1991. Penggantinya adalah Nigel Mansell, yang pulang kampung setelah sebelumnya sempat memperkuat Ferrari selama dua musim. Williams juga merekrut calon juara dunia 1996, Damon Hill, sebagai salah satu pembalap tes mereka. Williams gagal finish di balapan pertama musim 1991 di Phoenix, dimana kedua pembalap gagal finish karena masalah gearbox. Kemudian berturut-turut Williams ditimpa kesialan setelah di San Marino mereka gagal finish kembali.[11] Masa pencerahan muncul di Monako saat Mansell berhasil finish dan meraih angka. Selanjutnya di Kanada, lagi-lagi dua Williams tersingkir karena masalah teknis. Williams akhirnya baru bisa mencetak kemenangan di Meksiko saat Patrese memimpin Mansell untuk mengantar Williams meraih kemenangan 1-2. Williams kemudian memenangi dua kemenangan berturut-turut, setelah Mansell memenangkan Grand Prix Prancis, dengan selisih lima detik di atas Ferrari Alain Prost. Mansell kemudian menang lagi di Inggris. Rentetan tiga kemenangan berturut-turut akhirnya meningkat menjadi empat ketika Mansell menang lagi di Jerman. Patrese sendiri menyusul sekitar 10 detik di belakangnya dan finish di tempat kedua. Senna mengakhiri dominasi kemenangan Williams di Hongaria, dengan finish lima detik lebih cepat dari Nigel Mansell. Mansell kemudian memenangkan Grand Prix Italia dan Spanyol, sementara Patrese memenangkan balapan di Portugal setelah balapan Mansell kacau saat pitstop di mana hanya tiga mur roda yang dipasang. Williams berhasil finish kedua di kejuaraan konstruktor, mencetak total 125 poin, 14 poin di belakang McLaren. Mansell sendiri berada di posisi kedua dalam kejuaraan pembalap, mencetak 72 poin, 24 poin di belakang Senna.
Musim 1992, Williams masih mempertahankan duet Mansell dan Patrese. Williams langsung menggebrak awal musim dengan kemenangan 1-2 di Afrika Selatan. Selanjutnya Mansell mulai mendominasi musim dengan memenangi empat balapan lain: Meksiko, Interlagos, Spanyol dan Imola. Patrese berhasil finish kedua di semua balapan itu kecuali di Spanyol saat ia tersingkir. Ayrton Senna sekali lagi mematahkan dominasi kemenangan Williams setelah ia menang di Monaco. Mansell kemudian kembali menang di empat balapan lainnya (termasuk juga di Inggris), dan saat musim memasuki balapan di Hongaria, Mansell sudah menjadi juara dunia. Di balapan terakhir di Adelaide, dua Williams tersingkir dari lomba. Meskipun begitu, gelar juara dunia konstruktor akhirnya tetap aman dalam genggaman Williams setelah Senna terlibat kecelakaan bersama Mansell. Mansell mengakhiri musim sebagai juara dunia dengan 108 poin dan Riccardo Patrese berada di posisi kedua dengan 56 poin. Namun meskipun berhasil mengantar Williams sebagai juara dunia, posisi Mansell sebagai pembalap akhirnya berakhir setelah ia digantikan Alain Prost untuk 1993. Riccardo Patrese sendiri akhirnya pindah ke Benetton Formula, dan membuat Damon Hill naik pangkat sebagai pembalap untuk tahun 1993.
Di musim 1993 dengan mobil canggih Williams FW15C yang dilengkapi suspensi aktif[12], Alain Prost mengawali musim dengan baik saat ia menang di Afsel. Selanjutnya di Brazil, Prost terlibat kecelakaan dengan Minardi Christian Fittipaldi dan hal ini dimanfaatkan dengan baik oleh Damon Hill yang mencetak podium pertamanya dengan finish di P2. Prost lantas memenangi tiga balapan selanjutnya secara beruntun, dan puncaknya terjadi di Perancis saat Prost dan Hill finish 1-2. Setelah sempat kalah dari Senna di balapan tengah musim, Prost kembali dengan kemenangan spektakuler di Inggris dan Jerman. Hill sebenarnya sempat memimpin di Silverstone dan Hockenheimring[13], tetapi ia gagal memenangi lomba akibat kegagalan mekanis, namun ia mampu bangkit saat balapan di Hongaria, Spa, dan Monza, dimana Hill benar-benar menguasai tiga balapan tersebut dengan kemenangan spektakuler. Setelah GP Italia, Williams gagal memenangi lomba sampai akhir musim, dan walaupun gagal menang di penghujung musim, Alain Prost akhirnya tampil sebagai juara dunia dan Williams tampil sebagai juara dunia konstruktor.
Tragedi Ayrton Senna dan melawan Schumi

Salah satu sasis Williams FW16 - mobil maut yang menewaskan Ayrton Senna di San Marino 1994.

Damon Hill dalam mobil Williams FW17 tahun 1995.
Musim 1994, Williams mengontrak pembalap Ayrton Senna, dan disaat yang bersamaan Alain Prost memilih untuk pensiun ketimbang berpasangan dengan mantan rival abadinya di McLaren tersebut. Williams mengembangkan dua jenis sasis FW16 untuk musim 1994. Sasis FW16B yang kemudian dipilih untuk diturunkan saat balapan dan sasis FW16 biasa digunakan untuk sesi tes. Perbedaan mendasar antara FW16 dan FW16B adalah di versi FW16B tidak ada perangkat-perangkat elektronik yang baru saja dilarang FIA di akhir 1993: suspensi aktif, kontrol traksi, dan ABS. Williams juga tampil dengan logo sponsor baru, yaitu produsen rokok Rothmans.[14]
Awal musim bagi Williams terbilang buruk saat Senna gagal finish di Brazil saat balapan tersisa 16 lap lagi. Disusul kemudian di GP Pasifik saat Senna kandas oleh mantan rekannya di McLaren, Mika Hakkinen sesaat selepas start. Masuk ke GP San Marino, Senna penuh percaya diri yakin bahwa ia bisa memberikan kemenangan bagi tim barunya tersebut. Namun ternyata sebuah kecelakaan hebat menimpa Senna saat memasuki lap kelima. Mobil FW16B Senna keluar dari trek dan menghujam tembok pembatas.[15] Senna tewas tiga jam seusai lomba di rumah sakit di kota Bologna.[16] Balapan GP San Marino kemudian dikenang oleh fans F1 sebagai balapan paling kelam dalam sejarah F1. Balapan selanjutnya di Monaco, Williams hanya menurunkan satu pembalap saja, yaitu Damon Hill.[17] Dan sejak GP Monaco juga, Williams menampilkan logo Senna dalam setiap mobil F1 mereka sebagai tanda penghormatan bagi Sang Legenda Brazil tersebut.[18] Meskipun begitu, tim Williams juga harus menghadapi tuntutan hukum dari pemerintah Italia atas pembunuhan tidak sengaja kepada Ayrton Senna. Kasus yang melibatkan Frank Williams, Patrick Head, dan Adrian Newey ini baru bisa selesai di tahun 2005.[19][20]
Di GP Spanyol 1994, Williams menarik David Coulthard sebagai pembalap, dan Damon Hill secara tidak terduga tampil sebagai penantang gelar juara dunia melawan Michael Schumacher dan tim Benetton. Di sisa empat balapan terakhir musim 1994, Williams kembali memanggil Nigel Mansell untuk membalap menggantikan Coulthard.[21][22] Hill yang menjadi penantang gelar juara dunia, dikalahkan Schumi di balapan terakhir di Australia, dimana saat itu Schumi secara kontroversial menghalangi dan menyenggol mobil Hill hingga mereka berdua tersingkir dari lomba, dan memuluskan Schumi meraih gelar juara dunianya yang pertama.[23][24] Nigel Mansell tampil sebagai penyelamat dengan menang di Australia sekaligus memastikan Williams sebagai juara dunia konstruktor 1994.
Musim 1995, Hill dan Coulthard bertahan di Williams dan Nigel Mansell bergabung ke McLaren. Rival utama Williams kali ini masih Michael Schumacher dan Benetton yang sekarang diperkuat oleh mesin Renault yang serupa dengan yang dipakai Williams. Balapan pertama di Interlagos, Schumi menguasai lomba dan Coulthard finish kedua. Namun seusai balapan, Benetton dan Williams sempat didiskualifikasi karena memakai bahan bakar ilegal. Elf dan Renault lantas mengajukan banding ke FIA, dan banding tersebut diterima, sehingga Schumi dan Coulthard tetap dinyatakan finish 1-2, tetapi poin konstruktor untuk Benetton dan Williams dibatalkan.[25] Damon Hill lantas memenangi lomba di Argentina, San Marino, Hungaria, dan Australia. David Coulthard hanya mencatat satu kemenangan saja di Portugis (kemenangan perdananya di ajang F1).[26] Koalisi Ross Brawn dan Rory Byrne di Benetton berhasil mengakhiri dominasi Williams dalam kejuaraan konstruktor, dan Schumi kembali mempertahankan gelar juara dunia yang ia raih di 1994.
Akhir masa keemasan

Jacques Villeneuve membalap dengan mobil Williams FW18 di tahun 1996.
Untuk tahun 1996, Williams kembali memiliki mobil tercepat yang dapat diandalkan untuk perebutan gelar juara dunia.[27] David Coulthard meninggalkan Williams untuk bergabung dengan McLaren bersama Mika Hakkinen. Pengganti DC adalah rookie asal Kanada Jacques Villeneuve, sedangkan Hill tetap bersama dengan tim. Michael Schumacher hengkang dari Benetton dan bergabung dengan Ferrari. Williams memenangkan lima balapan pertama di musim 1996. Olivier Panis mematahkan dominasi kemenangan Williams pada ronde keenam di Monte Carlo setelah kedua mobil Williams tersingkir dari lomba. Hill kembali lagi tersingkir untuk kedua kalinya berturut-turut setelah ia melintir di Spanyol, sementara rekan timnya, Villeneuve, mampu finish di tempat ketiga. Hill dan Villeneuve mendominasi balapan berikutnya di Kanada, dengan hasil posisi start 1-2 di babak kualifikasi dan kemenangan 1-2 dalam lomba. Setelah itu berturut-turut Hill dan Villeneuve saling bergantian menguasai arena, dan hanya dua kali mereka dikalahkan oleh Schumi dan Ferrari yaitu di Belgia dan Italia. Di akhir musim, Hill akhirnya tampil sebagai juara dunia, dan JV harus puas sebagai runner-up. Ironisnya di bulan November seusai musim lomba berakhir, Frank Williams mengumumkan bahwa Damon Hill tidak akan diperpanjang kontraknya untuk 1997, dan tim akan menggantikannya dengan Heinz-Harald Frentzen. Adrian Newey yang mulai muak dengan kebijakan tim yang tidak boleh mendahului keputusan dari Patrick Head akhirnya juga mulai mencari celah untuk keluar dari tim. Newey akhirnya hengkang ke McLaren di bulan Desember 1996, dan meninggalkan rancangan terakhirnya, sasis FW19.
Tahun 1997 merupakan tahun terakhir dari dominasi Williams-Renault, dengan pasangan Villeneuve dan Frentzen. Heinz-Harald Frentzen hanya menang satu balapan saja yaitu di GP San Marino.[28] Jacques Villeneuve memenangkan tujuh balapan selama musim 1997, dengan saingan utamanya, Michael Schumacher dari Ferrari yang bangkit kembali yang berhasil menang lima balapan. Williams juga berhasil menang di kandang sendiri di Silverstone. Masuk ke putaran terakhir musim di Jerez, Schumacher memimpin atas JV dengan selisih 1 angka, namun pada lap 48, Schumacher dan Villeneuve bertabrakan. Schumacher didiskualifikasi dari tempat kedua di kejuaraan sebagai hukuman atas kecelakaan antara dirinya dan JV.[29] Williams memenangkan gelar konstruktor untuk kedua kalinya berturut-turut dengan mencetak 123 poin, sementara Jacques Villeneuve memenangkan gelar juara dunia dengan selisih tiga poin atas Michael Schumacher, yang secara kontroversial poinnya masih tetap dimasukkan dalam penghitungan klasemen sekalipun ia didiskualifikasi. Heinz-Harald Frentzen finish di tempat ketiga klasemen pembalap dengan selisih poin jauh atas JV.
Era Mecachrome dan Supertec

Alex Zanardi di musim 1999.
Setelah tahun 1997, tim tidak mampu mempertahankan dominasinya di Formula 1 setelah Renault mengundurkan diri dari F1, dan Adrian Newey hengkang ke tim rival McLaren. Williams kemudian harus membayar untuk mesin Mecachrome, yang berbasis dari mesin Renault yang mereka gunakan di musim 1997.[30] Kedua mobil Williams di musim 1998 benar-benar kedodoran, dan ada beberapa pengamat F1 yang menyebut bahwa mobil 1998 Williams tidak sesuai dengan aturan regulasi baru yang diterapkan FIA. Perubahan besar lainnya adalah sponsor rokok Rothmans yang memilih untuk mempromosikan merek lain mereka Winfield, yang sekaligus juga mengakhiri era seragam biru dan putih yang populer.[31] Untuk tahun 1998 sendiri Williams masih mempertahankan dua pembalap dari musim sebelumnya. Dan untuk pertama kalinya sejak tahun 1983 seorang juara dunia tetap bertahan membalap untuk Williams. Sementara Ferrari dan McLaren bersaing untuk perebutan gelar pembalap dan konstruktor, Williams malah terseok-seok di barisan tengah. Tim tidak memenangkan satu balapan pun dan hanya meraih tiga podium selama musim 1998, dengan Frentzen yang finish ketiga di Albert Park dan Villeneuve yang finish ketiga di Hockenheim dan Hungaroring. Williams akhirnya hanya menempati posisi ketiga dalam klasemen konstruktor dengan 38 poin. Sementara Jacques Villeneuve hanya berada di posisi kelima dalam klasemen pembalap dengan 21 poin. Heinz-Harald Frentzen sendiri hanya berada di P7 klasemen akhir.
Pada tahun 1999, Williams memakai mesin Supertec yang juga masih berbasis dari mesin Renault di tahun 1997. Sebelumnya, Jacques Villeneuve pindah ke tim baru, BAR dan Heinz-Harald Frentzen pindah ke Jordan. Williams kemudian merekrut pembalap Jerman yang juga adik Michael Schumacher, Ralf Schumacher dan pembalap Italia Alex Zanardi. Sekali lagi, Williams hanya berhasil meraih tiga podium di 1999, yang semuanya diraih oleh Ralf Schumacher, dengan tempat ketiga di Australia dan Inggris, dan tempat kedua di Italia. Tim kemudian hanya berada di posisi kelima dalam kejuaraan konstruktor, yang merupakan posisi terendah dari posisi tim Williams di musim-musim sebelumnya.

2000-an


Ralf Schumacher bersama Williams FW23 di Kanada 2001.
Kerjasama dengan BMW
Saat musim 1998 berjalan, Williams menandatangani perjanjian jangka panjang dengan BMW. Pabrikan mobil asal Jerman itu setuju untuk menjadi pemasok mesin dan pengembangan teknis untuk jangka waktu 6 tahun. Sebagai bagian dari perjanjian dengan BMW, Williams wajib memasang setidaknya satu pembalap Jerman dalam tim, dan Ralf Schumacher menjadi pilihan logis saat itu. Pada tahun 1999, tim mulai mencoba mobil dengan mesin BMW dalam sebuah pengujian di Paul Ricard, dalam rangka persiapan untuk debut pada tahun 2000. Williams sendiri kemudian mulai memantau bakat-bakat muda, salah satunya adalah pembalap Kolombia Juan Pablo Montoya yang sedianya akan masuk ke tim sebagai pembalap kedua. Sayangnya Montoya malah terburu-buru hengkang ke ChampCar dan sebagai gantinya Frank merekrut calon juara dunia 2009, Jenson Button sebagai pembalap kedua untuk menemani Ralf Schumacher
Di musim pertama BMW bersama Williams di tahun 2000, tim belum memperoleh satu kemenangan pun. Tetapi kemajuan berarti mulai terlihat saat mereka berhasil naik podium tiga kali yang kesemuanya diraih oleh Ralf Schumacher. Williams kembali naik ke posisi ketiga dalam kejuaraan konstruktor, dengan 36 poin. Ralf Schumacher sendiri berada di posisi kelima dalam klasemen pembalap, sementara Button, dalam musim debutnya berhasil berada di posisi delapan klasemen.
Jenson Button pada tahun 2001 pindah ke Benetton-Renault karena kedatangan Montoya di tim Williams. Mobil FW23 berhasil memenangkan empat balapan, tiga oleh Ralf Schumacher di Imola, Montreal, dan balapan di rumahnya di Grand Prix Jerman. Rekan setimnya, Juan Pablo Montoya, memenangi balapan sekali di Monza. Hasil gemilang tersebut masih belum mampu mendongkrak tim Williams yang masih harus puas di posisi ketiga klasemen konstruktor.
Untuk tahun 2002, Williams mempertahankan duet pembalap mereka. Secara keseluruhan tim hanya memenangkan satu balapan saja, yaitu di Malaysia, sebagai salah satu dari hanya dua balapan yang tidak dimenangkan oleh Ferrari di tahun dominasi Michael Schumacher dan Rubens Barrichello.[32] Williams hanya naik satu posisi dalam klasemen konstruktor yaitu di posisi runner-up. Juan Montoya sendiri hanya mampu meraih peringkat ketiga dalam klasemen pembalap, delapan poin di depan Ralf Schumacher, yang berada di urutan keempat.
Musim 2003 menjadi puncak sukses dari tim BMW-Williams. Selama pra-musim, Frank Williams sangat yakin bahwa mobil FW25 akan menjadi salah satu penantang gelar juara dunia.[33] Tim memenangkan empat balapan, Montoya menang dua kali di Monaco dan Jerman, sementara Ralf Schumacher menang di Nürburgring dan di Magny-Cours. Montoya bahkan sempat masuk ke dalam kandidat juara dunia. Namun pembalap Kolombia akhirnya harus puas di P3 klasemen, 11 poin di belakang Michael Schumacher, sedangkan Ralf Schumacher hanya mampu berada di posisi kelima klasemen. Williams sendiri masih berada di posisi kedua dalam klasemen konstruktor, dua poin di depan McLaren.

Ralf Schumacher, pembalap Willams dari tahun 1999-2004.
Pada awal musim 2004, Juan Pablo Montoya mengejutkan publik bahwa ia akan memperkuat McLaren mulai musim 2005. Tim Williams memperkenalkan sebuah desain radikal di musim 2004 yaitu desain-kerucut hidung radikal, yang dikenal sebagai "Hidung-Walrus", yang ternyata saat prakteknya di trek hidung ini terbukti tidak kompetitif dan digantikan oleh desain hidung konvensional di paruh kedua musim. Ferrari untuk ketiga kalinya dalam tiga musim berturut-turut kembali mendominasi musim dengan menang 15 dari 18 balapan, Williams hanya memenangi satu balapan saja di balapan terakhir di Brasil dimana Juan Pablo Montoya memenangkan lomba setelah mengalahkan posisi kedua yang diduduki Kimi Raikkonen. Williams mengakhiri musim 2004 dengan berada di posisi keempat, mencetak 88 poin dan meraih posisi podium enam kali.
Untuk musim 2005, Ralf Schumacher pindah ke Toyota sedangkan Juan Montoya pindah ke McLaren. Williams lantas mengontrak pembalap Australia Mark Webber dan Nick Heidfeld dari Jerman.[34][35] Awalnya Jenson Button diklaim telah bergabung dengan Williams untuk 2005, tapi sebuah keputusan dari Badan Hukum FIA berhasil membuat Jense tetap duduk di kursi BAR karena Jense dianggap melanggar kontrak kerja dengan BAR.[36][37] Nick Heidfeld bersaing dengan test driver Brasil Antônio Pizzonia untuk kursi balap kedua selama Desember 2004 dan Januari 2005, dan Heidfeld akhirnya terpilih karena BMW masih tetap menginginkan agar ada satu pembalap Jerman dalam tim.[38] Pizzonia akhirnya harus puas sebagai test driver bagi tim selama musim 2005. Sementara itu, Button secara aklamasi menandatangani kontrak sebagai pembalap Williams untuk musim 2006.
Selama musim F1 tahun 2004 dan 2005, BMW Motorsport dan DR. Mario Theissen mengkritik ketidakmampuan tim WilliamsF1 untuk menciptakan paket mobil yang mampu memenangkan kejuaraan konstruktor, atau bahkan beberapa kemenangan dalam satu musim.[39] Williams, di sisi lain, menyalahkan BMW karena tidak mampu membuat sebuah mesin yang cukup bagus.[40] Kegagalan Williams mendatangkan Jenson Button dari BAR disinyalir juga menjadi awal masalah Frank vs. BMW. Meskipun Frank Williams memakai Nick Heidfeld sebagai pembalap kedua diduga demi tuntutan komersial, Frank tetap menyukai pembalap tes mereka Antonio Pizzonia. Puncak dari perang Williams vs. BMW adalah hengkangnya BMW dari tim yang kemudian memilih untuk membeli Sauber dan meluncurkan ulang tim dengan nama BMW-Sauber.[41]
Williams sebenarnya bisa memilih untuk melanjutkan kontrak dengan mesin BMW pada tahun 2006, meskipun pada kenyataannya produsen mesin Jerman tersebut hendak membentuk tim sendiri. Pada akhirnya, WilliamsF1 memilih mesin V8 Cosworth untuk 2006.
Periode 2000-2005 Williams kembali membentuk image lama dengan pulas mobil tim yang berwarna biru-putih. BMW juga menetapkan bahwa seluruh sponsor yang hendak memasang iklan diatas mobil Williams wajib mewarnai logo sponsornya dengan warna biru dan putih. Williams menjadi tim besar yang mempelopori penghapusan iklan sponsor rokok sejak tahun 2000 dan mendukung perusahaan-perusahaan teknologi informasi sebagai sponsor utama tim, salah satunya Compaq. Sponsor tersebut berlangsung sampai akuisisi Compaq oleh Hewlett-Packard. Pada GP Inggris 2002, tim memulai debut sponsor Hewlett-Packard. Setelah datang beragam keluhan tentang logo HP pada sayap belakang yang dinilai kurang efektif karena tidak terlihat oleh fans baik di sirkuit maupun di layar TV, maka pada tahun 2003 dengan Williams menggantinya dengan slogan HP: "Invent".
Mencoba mesin Cosworth (2006)

Nico Rosberg mengemudikan mobil Williams-Cosworth di Kanada 2006.
Musim 2006 Nico Rosberg, pembalap muda putra juara dunia 1982 Keke Rosberg, masuk ke tim menggantikan Nick Heidfeld, yang ikut BMW ke BMW Sauber, sedangkan Mark Webber tetap tinggal bersama tim. Meski telah menandatangani kontrak bersama Williams, Jenson Button memutuskan untuk tetap tinggal dengan BAR untuk tahun 2006 yang kemudian berubah nama menjadi Honda Racing F1 Team. Pada bulan September 2005 kesepakatan dicapai untuk memungkinkan Button untuk tetap dengan BAR, dengan Williams menerima kompensiasi sekitar £24.000.000, sebagian dibayar oleh Jenson sendiri untuk membatalkan kontrak ini.
WilliamsF1 dan Cosworth mengadakan perjanjian kemitraan di mana Cosworth akan memasok mesin, transmisi dan perangkat elektronik serta perangkat lunak untuk tim.[42] Sponsor utama Hewlett-Packard (HP) mengakhiri perjanjian sponsor satu tahun sebelum kontrak mereka resmi berakhir di akhir 2006. Tim WilliamsF1 juga beralih ke ban Bridgestone, dan mengklaim bahwa tim kini sudah murni independen dan menjadi salah satu pendukung Scuderia Ferrari dan FIA dalam melawan aliansi tim-tim pabrikan yang tergabung dalam GPWC.
Musim 2006 dimulai Williams dengan baik, dengan kedua pembalap mereka yang mampu mencetak poin di balapan pembuka musim. Nico Rosberg juga mencatatkan lap tercepat di Grand Prix Bahrain. Namun, memasuki balapan kedua dan berlanjut terus sampai pertengahan musim, Williams mulai tampil mengecewakan, dengan catatan 20 kali tersingkir dari 36 start untuk kedua mobilnya. Tim gagal mencapai posisi podium dimusim 2006, yang merupakan kali pertama sejak debut Williams di 1977. Tim ini akhirnya hanya mampu finish kedelapan dalam klasemen konstruktor, dengan hanya meraih 11 poin.
Kerjasama dengan Toyota
Setelah meraih hasil terburuk sejak 1978, tim Williams yang berbasis di Grove mengumumkan bahwa produsen mobil Toyota asal Jepang akan memasok mesin untuk musim 2007.[43] Seiring dengan masuknya Toyota sebagai pemasok mesin kepada tim, sejumlah perubahan lain diumumkan untuk 2007: Alexander Wurz, yang pernah menjadi test driver di Williams sejak 2006, menjadi pembalap kedua tim untuk menggantikan Mark Webber yang keluar dan pindah ke Red Bull Racing. Pembalap Jepang Kazuki Nakajima yang merupakan putra dari pembalap F1 Jepang di era 1980-an, Satoru Nakajima, masuk ke tim menggantikan Wurz sebagai tes driver bersama pembalap India Narain Karthikeyan. Sponsorship Williams juga berubah untuk 2007, dimana AT&T masuk sebagai sponsor utama.[44] AT&T sendiri sebelumnya terlibat sebagai sponsor kecil dengan tim Jaguar dan tim McLaren, tapi pindah ke Williams karena McLaren telah menjalin kontrak sponsorship dengan Vodafone.[45] Pada tanggal 2 Februari 2007, mobil FW29 yang baru diluncurkan dengan disaksikan media massa di Inggris. Tak lama kemudian tim juga mendapatkan kesepakatan sponsorship dengan pabrikan komputer asal China, Lenovo yang membangun superkomputer baru tim.
Rosberg dan Wurz memberikan Williams hasil lebih produktif ketimbang musim sebelumnya. Wurz finish podium di Kanada 2007 yang merupakan podium pertama Williams sejak GP Eropa 2005. Wurz kemudian mengumumkan akan mengundurkan diri sebelum musim usai[46], dan posisinya digantikan Kazuki Nakajima yang membalap hanya untuk satu kali balapan saja di Brazil. Williams kembali naik dalam klasemen konstruktor dengan berada di P4.
Untuk musim 2008, Williams mengumumkan bahwa Nico Rosberg dan Kazuki Nakajima masih tetap dipertahankan tim. Rosberg berhasil bertahan di Williams setelah sebelumnya ia digoda untuk pindah ke McLaren untuk mengisi kursi kosong yang ditinggalkan Fernando Alonso.[47] Musim 2008 merupakan campuran dari keberhasilan dan kekecewaan untuk tim Williams. Nico Rosberg berhasil memperoleh dua kali podium di Australia dan Singapura, sementara Kazuki Nakajima masih berkutat di barisan tengah dan selalu gagal untuk meraih angka.
Frank Williams mengakui bahwa ia menyesal berpisah dengan BMW, tapi ia sendiri cukup senang dengan Toyota yang ia klaim memiliki kemampuan luar biasa untuk menjadi pemasok mesin papan atas. Spekulasi mulai berkembang seputar masa depan tim pabrikan Toyota di F1, dimana muncul kemungkinan Toyota akan menutup tim mereka dan beralih menjadi pemasok mesin eksklusif bagi Williams. Pada bulan Desember 2008 Williams menegaskan komitmen mereka untuk bertahan di F1 setelah pengumuman pengunduran diri dari Honda.[48] Menjelang akhir tahun 2009 tepatnya di Grand Prix Brasil, Williams mengumumkan bahwa mereka akan mengakhiri kontrak tiga tahun bersama Toyota dan akan mencari pemasok mesin baru untuk 2010.

2010-an


Nico Hülkenberg membalap untuk Williams di GP Bahrain 2010.
Memakai mesin Cosworth (lagi)
Setelah pemutusan kontrak mereka bersama Toyota, Williams mengumumkan bahwa untuk Formula Satu musim 2010 mereka akan kembali ke dalam kemitraan "jangka panjang" dengan pabrikan mesin independen Cosworth, dan akan menggunakan versi terbaru dari mesin CA V8 yang pernah dipakai mobil mereka pada tahun 2006. Williams juga mengumumkan perubahan pembalap untuk musim 2010. Rubens Barrichello bergabung ke tim setelah di musim 2009 ia memperkuat tim Brawn GP, sedangkan juara GP2 Nico Hülkenberg dinaikkan pangkatnya dari kursi test driver. Pengganti Hülkenberg di kursi test driver adalah pembalap Finlandia Valtteri Bottas, yang berada di posisi ketiga klasemen F3 Euroseries 2009. Sampai musim 2010 berakhir, Williams menjadi satu-satunya tim yang mampu meraih angka bersama mesin Cosworth, dengan hasil terbaik finish P4 di Valencia yang diperoleh Rubens Barrichello. Rekan setimnya yaitu Nico Hulkenberg berhasil meraih pole position di Brasil, namun di akhir musim ia akhirnya dipecat oleh tim, sementara posisi Barrichello tetap dipertahankan untuk musim 2011. Awal 2011, Williams kemudian mengontrak Pastor Maldonado asal Venezuela untuk menemani Barrichello, dan dengan kedatangan Maldonado, maka tim Williams akan mengisi duet pembalapnya dengan orang non-Eropa, yang pertama kalinya sejak tahun 1982 ketika saat itu mereka diperkuat Carlos Reutemann dan Alan Jones.

Struktur tim


Mark Webber, salah satu pembalap tim Williams musim 2005-2006.

 

Susunan tim saat ini

Nama Posisi dalam tim
Bendera Inggris Sir Frank Williams Pendiri tim
Bendera Inggris Patrick Head Direktur teknik senior
Bendera Australia Sam Michael Direktur teknik
Bendera Inggris Adam Parr CEO, Williams Group
Bendera Brasil Rubens Barrichello Pembalap
Bendera Venezuela Pastor Maldonado Pembalap
Bendera Finlandia Valtteri Bottas Pembalap tes

Daftar pembalap

Nama Tahun Bergabung Keterangan
Bendera Australia Alan Jones 1978-1981 Pembalap dan juara dunia pertama Willams di 1980
Bendera Swiss Clay Regazzoni 1979
Bendera Argentina Carlos Reutemann 1980-1982
Bendera Finlandia Keke Rosberg 1982-1985 Juara dunia 1982 dengan hanya memenangi satu balapan saja
Bendera Republik Irlandia Derek Daly 1982
Bendera Perancis Jacques Laffite 1983-1984
Bendera Inggris Jonathon Palmer 1983
Bendera Inggris Nigel Mansell 1985-1988; 1991-1992; 1994 Juara dunia 1992 dengan sembilan kemenangan balapan
Bendera Brasil Nelson Piquet 1986-1987 Juara dunia 1987
Bendera Italia Riccardo Patrese 1987; 1989-1992
Bendera Inggris Martin Brundle 1988
Bendera Perancis Jean-Louis Schlesser 1988 Menggantikan Nigel Mansell di GP Italia 1988
Bendera Belgia Thierry Boutsen 1989-1990
Bendera Inggris Damon Hill 1993-1996 Juara dunia 1996
Bendera Perancis Alain Prost 1993 Juara dunia 1993
Bendera Brasil Ayrton Senna 1994 Tewas saat balapan di GP San Marino 1994
Bendera Skotlandia David Coulthard 1994-1996 Masuk ke tim mulai GP Spanyol 1994
Bendera Kanada Jacques Villeneuve 1996-1998 Juara dunia 1997 setelah mengalahkan Schumi di GP Eropa 1997
Bendera Jerman Heinz-Harald Frentzen 1997-1998 Hanya menang satu balapan di GP San Marino 1997
Bendera Kolombia Juan Pablo Montoya 1998-2004 Dipinjamkan ke ajang Champ Car di 1999-2000
Bendera Jerman Ralf Schumacher 1999-2004
Bendera Italia Alessandro Zanardi 1999
Bendera Inggris Jenson Button 2000 Salah satu rookie tersukses Williams
Bendera Spanyol Marc Gené 2003 Menggantikan Ralf Schumacher yang cedera di 2003
Bendera Brasil Antonio Pizzonia 2005 Menggantikan Nick Heidfeld yang diambil oleh BMW
Bendera Australia Mark Webber 2005-2006 Pembalap Australia pertama sejak Alan Jones
Bendera Jerman Nick Heidfeld 2005
Bendera Jerman Nico Rosberg 2006-2008 Putra dari juara dunia Williams 1982, Keke Rosberg
Bendera Austria Alexander Wurz 2007
Bendera Jepang Kazuki Nakajima 2007-2009 Pinjaman dari Toyota F1
Bendera Jerman Nico Hulkenberg 2010
Bendera Brasil Rubens Barrichello 2010-sekarang
Bendera Venezuela Pastor Maldonado 2011-sekarang

Williams dalam balapan lain

Formula 2


Mobil WRC Rover Metro yang dibangun Williams untuk WRC musim 1986.

Renault Laguna yang dimodifikasi oleh tim Williams untuk turun di ajang BTCC.

Mobil BMW V12 LMR Le Mans 24 Hours, yang dibangun Williams bersama BMW dan berhasil memenangi ajang balap ketahanan Le Mans tahun 1999.
Williams telah mengembangkan mobil Formula 2 yang diturunkan dalam kejuaraan F2 yang dimulai pada tahun 2009.[49] Desain awal dari sasis F2 ini diciptakan sedikit berbeda dengan sasis yang diturunkan dalam seri Formula Palmer Audi. Namun Williams gagal menurunkan mobil karya mereka di ajang F2 setelah kalah tender melawan grup MotorSport Vision milik Jonathan Palmer yang kemudian mendapat hak penuh untuk memasok sasis di ajang F2. Sebagai tanda penghormatan, Williams akhirnya kemudian diajak bermitra oleh Jonathan Palmer sebagai konsultan untuk pengembangan sasis F2[50], dengan Patrick Head sebagai direktur teknik pelaksana.[51][52]

Balap turing dan reli WRC

Mobil reli Metro 6R4 dikembangkan oleh Williams pada tahun 1984 dengan persetujuan dari Rover Company. Mobil ini adalah mobil jenis Metro Rover dengan mesin V6 yang sama sekali baru (mesin berada ditengah) dan sistem four-wheel drive yang dikembangkan untuk reli WRC kategori Group B. Williams mengembangkan mobil hanya dalam waktu enam bulan.
Williams juga turun di ajang balap turing. Melalui anak perusahaannya, Williams Touring Car Engineering, yang kemudian menjadi mitra resmi dari pabrikan Renault dalam ajang British Touring Car Championship antara tahun 1995 sampai 1999. Mobil yang digunakan adalah jenis Renault Laguna yang diproduksi di pabrik lama Williams di Didcot (Saat itu tim Williams F1 baru saja berpindah markas ke Grove). Kerjasama Williams dan Renault dalam ajang BTCC terbilang cukup sukses dengan memenangkan gelar juara pabrikan tahun 1995 dan 1997 dan gelar juara pembalap dengan pembalap Swiss Alain Menu pada tahun 1997.

Le Mans 24 Hours

Sebelum mengumumkan secara resmi kemitraan F1 mereka, Williams Motorsport membangun sebuah mobil prototipe Le Mans untuk BMW, yang dikenal dengan nama LM V12 dan V12 LMR. Mobil V12 LMR memenangkan ajang 24 Hours of Le Mans pada tahun 1999. Mobil itu dikemudikan oleh Pierluigi Martini, Yannick Dalmas, dan Joachim Winkelhock.[53] Mobil tersebut dioperasikan oleh Schnitzer Motorsport di bawah nama BMW Motorsport.

Williams Hybrid Power

Sukses di dunia motorsport tidak membuat lupa Williams akan kontribusi untuk kehidupan masyarakat luas. Di awal 2008, seiring akan adanya peraturan baru FIA tentang KERS di musim 2009, Williams mendirikan sebuah anak perusahaan baru bernama Williams Hybrid Power, yang bertujuan untuk mengembangkan sistem penyimpanan tenaga kinetik dari hasil pengereman lewat sistem flywheel. Sistem ini kemudian sukses diujicobakan di kereta trem dan bus kota di London, Inggris.
Sekalipun mobil F1 tidak memakai flywheel, Williams masih mencoba untuk menintregrasikan sistem flywheel dengan KERS, yang ironisnya mereka batalkan penggunaannya untuk musim 2009, namun mereka masih menyimpan konsep tersebut untuk musim F1 2011 yang kemungkinan besar akan kembali mewajibkan tim untuk memakai sistem KERS.