Seluruh sasis tim Williams dinamai FW yang berarti inisial sang pemilik tim, Frank Williams. Beberapa pembalap kenamaan yang sempat turun membalap di F1 bersama Williams diantaranya: Clay Regazzoni, Heinz-Harald Frentzen, Ralf Schumacher, Jenson Button, Juan Pablo Montoya, dan sang legendaris Ayrton Senna. Williams juga dikenal sebagai pembibit para desainer handal. Beberapa diantara nama desainer mobil F1 yang pernah bergabung bersama Williams antara lain: Adrian Newey, Ross Brawn, dan Geoff Willis. Sedangkan pembalap-pembalap yang pernah menjadi juara dunia bersama tim Williams yaitu Alan Jones (1980), Keke Rosberg (1982), Nelson Piquet (1987), Nigel Mansell (1992), Alain Prost (1993), Damon Hill (1996), dan Jacques Villeneuve (1997).
Pada tahun 2011, tim ini menggunakan mesin buatan Cosworth dengan pembalap Rubens Barrichello dan Pastor Maldonado. Beserta sponsor utama mereka AT&T.
Awal mula
Frank Williams memulai tim Williams yang ada saat ini pada 1977 setelah sebelumnya dikenal dengan nama: "Frank Williams Racing Cars" (FWRC). Awalnya tim FWRC gagal untuk mencapai keberhasilan yang diinginkan Frank Williams. Meskipun sebelumnya ada janji dari pemilik baru FWRC yaitu jutawan Kanada Walter Wolf, Williams di musim 1976 tetap tidak kompetitif. Masuk ke tahun 1977 Frank kemudian mengambil alih aset Walter Wolf dan pindah ke Didcot untuk kemudian membangun tim baru bernama "Williams Grand Prix Engineering". Frank lantas merekrut insinyur muda bernama Patrick Head bekerja untuk tim, dan kemudian kelak pasangan ini dikenal sebagai duet tersukses dalam sejarah F1.Sejarah di ajang Formula Satu
Akhir 1970-an
Williams memasuki dunia F1 dengan memakai mobil "custom" March 761 untuk musim 1977. Pembalap Patrick Neve muncul di 11 balapan tahun itu, dimulai dengan penampilannya di Grand Prix Spanyol. Tim gagal mencetak satu poin pun sampai musim usai, dan hanya mencapai posisi finish terbaik di P7 di Monza.[2]Untuk musim 1978, Patrick Head masuk ke tim dan merancang mobil pertama Williams: FW06. Williams mengontrak pembalap Australia Alan Jones, yang telah memenangkan Grand Prix Austria musim sebelumnya untuk tim Shadow, setelah kematian pembalap utama mereka, Tom Pryce. Lomba pertama Jones untuk tim Williams adalah di Argentina di mana ia menjadi satu-satunya pembalap Williams yang lolos kualifikasi di P14, tapi gagal finish setelah lomba berjalan selama 36 lap akibat kegagalan sistem bahan bakar. Tim ini mencetak poin F1 pertamanya di seri Afrika Selatan ketika Jones finish di urutan keempat. Williams lantas mendapatkan posisi podium pertama mereka di Grand Prix Amerika Serikat[3], di mana Jones finish kedua, sekitar 20 detik di belakang pembalap Ferrari yang juga merupakan pembalap Williams masa depan Carlos Reutemann. Williams mengakhiri musim 1978 dengan finish di posisi 10 klasemen dengan raihan 16 poin, sementara Alan Jones berada di posisi 12 dalam klasemen pembalap.
Patrick Head kemudian merancang FW07 untuk musim 1979. Williams kemudian mencoba inovasi baru yaitu ground effect, yang merupakan sebuah teknologi yang pertama kali diperkenalkan oleh Colin Chapman dari Team Lotus. Williams juga memperoleh keanggotaan dari Asosiasi Konstruktor Formula Satu (FOCA) yang memperbolehkan tim untuk menurunkan dua mobil dalam satu balapan. Alan Jones lantas bermitra dengan pembalap Swiss Clay Regazzoni.[4] Mereka harus menunggu sampai balapan ketujuh musim 1979 yaitu di Monte Carlo, untuk mencetak poin. Regazzoni sebenarnya nyaris saja mengantar Williams memenangi lomba di Monaco, tapi ia kalah tipis dari pembalap Ferrari Jody Scheckter. Balapan berikutnya di Dijon dikenang untuk pertempuran putaran akhir antara René Arnoux vs. Gilles Villeneuve[5], sementara disisi lain, Williams juga berhasil mencatat sejarah pribadi dengan finish dalam raihan poin bagi kedua mobilnya: Jones keempat dan Regazzoni keenam. Kemenangan pertama tim akhirnya datang di Silverstone[6] - Grand Prix rumah mereka - saat Regazzoni finish hampir 25 detik di depan orang lain. Williams lantas mendominasi balapan di Jerman dengan finish 1-2, saat Alan Jones dua detik di depan Regazzoni. Jones kemudian membuat tiga kemenangan berturut-turut di Österreichring, dengan finish setengah menit di depan Ferrari milik Gilles Villeneuve. Belum puas dengan hal tersebut, tim Williams kembali meraih kemenangan di Zandvoort, dengan Alan Jones yang menang dengan selisih nyaman atas Jody Scheckter dari Ferrari. Scheckter mengakhiri rentetan kemenangan Williams setelah ia memenangi balapan di rumah Ferrari di Grand Prix Italia. Namun di akhir musim Alan Jones berhasil menang lagi di Montreal untuk mengakhiri musim F1 Williams yang cukup fantastis. Tim Williams kemudian berhasil naik delapan tingkat di klasemen konstruktor, dan Alan Jones finish di P3 klasemen pembalap dengan 43 poin.
[sunting] 1980-an
- Gelar juara dunia pertama
Masuk ke musim 1981, duet Jones-Reutemann memenangkan empat balapan untuk tim. Alan Jones menang pada putaran pertama di Long Beach, California dan putaran terakhir di Las Vegas, sementara Carlos Reutemann menang pada putaran kedua di Jacarepagua dan putaran kelima di Zolder. Williams kembali memenangkan gelar juara dunia konstruktor dengan mencetak 95 poin, 34 poin lebih banyak dari posisi kedua yang ditempati tim Brabham.
Alan Jones pensiun dari Formula Satu di musim 1982, ia kembali satu tahun kemudian untuk balapan satu kali saja dengan tim Arrows. Jones kemudian digantikan oleh pembalap Finlandia, Keke Rosberg, yang tidak mencetak satu poin kejuaraan pun di tahun sebelumnya. Rosberg kemudian memenangkan kejuaraan dunia 1982 dengan hanya menang satu kali balapan saja yaitu di Swiss yang diadakan di Dijon-Prenois. Rekan satu tim Rosberg, Carlos Reutemann, memilih untuk mengundurkan diri dari F1 setelah musim memasuki balapan kedua. Kursinya lantas diisi oleh Mario Andretti untuk GP AS Barat sebelum Derek Daly mengambil alih untuk sisa musim balapan. Tim Williams kemudian hanya berada di urutan keempat dalam kejuaraan konstruktor tahun itu, 16 poin di belakang juara dunia Scuderia Ferrari. Menjelang akhir musim, Frank Williams menyadari bahwa untuk bersaing di tingkat atas Formula Satu ia membutuhkan dukungan dari produsen besar, seperti Renault atau BMW yang bisa memasok timnya dengan mesin turbo.
- Aliansi dengan Honda
Untuk musim 1984 Patrick Head merancang mobil FW09 yang kelihatan cukup canggung. Keke Rosberg berhasil memenangi balapan di Dallas dimana sebelumnya ia berhasil finish kedua di putaran pembuka musim di Jacarepagua. Pasangan tim Rosberg itu, Jacques Laffite, berada di posisi ke-14 di kejuaraan pembalap dengan lima poin. Tim sendiri finish di urutan keenam dengan 25,5 poin, dengan Rosberg yang berada di posisi kedelapan dalam klasemen pembalap.
Pada tahun 1985, Head mendesain FW10, disaat yang sama, tim McLaren sudah memulai proyek teknologi rancangan sasis dengan serat karbon. Pembalap lokal Nigel Mansell bergabung dengan tim sebagai mitra Rosberg. Tim mencetak empat kemenangan, dua dengan Rosberg yaitu di Detroit dan Adelaide, dan dua lagi bersama Mansell yang memenangkan balapan di Eropa dan Afsel. Williams finish ketiga dalam kejuaraan konstruktor, dengan mencetak 71 poin.
Pada bulan Maret 1986, Frank Williams menghadapi tantangan paling serius dalam hidupnya. Ketika kembali menuju bandara di Nice, ia terlibat dalam kecelakaan mobil yang membuatnya lumpuh. Ia tidak kembali ke pit lane selama hampir setahun. Meskipun tidak diawasi oleh Frank, tim Williams memenangkan sembilan balapan dan berhasil menjuarai kejuaraan konstruktor tahun 1986. Nigel Mansell sendiri nyaris saja menjadi juara dunia 1986, namun ia mengalami masalah saat balapan di Australia yang menyebabkannya kehilangan gelar juara dunia. Kegagalan Mansell kemudian berhasil memuluskan langkah Alain Prost dari McLaren untuk mempertahankan gelar juara dunia yang diraih di 1985, sekalipun ia hanya finish di posisi bawah.
Musim 1987 menjadi musim manis bagi koalisi Williams-Honda, karena duet koalisi ini kemudian berhasil menjadi juara dunia baik di kategori pembalap (lewat Nelson Piquet) maupun kategori konstruktor. Dengan raihan 137 angka, Williams berhasil mengungguli McLaren yang ada di posisi runner-up dengan selisih 61 poin dari Williams. Namun di akhir musim, diawali konflik antara Frank Williams dan Honda gara-gara Williams tidak mau memakai Satoru Nakajima sebagai pembalap kedua, Honda akhirnya memutuskan hengkang dari Williams dan memilih untuk bermitra bersama McLaren dan Lotus.
- Masa transisi dari Honda ke Renault
Era kemitraan Renault bersama Williams dimulai pada tahun 1989[9], dengan pembalap Riccardo Patrese dari Italia dan pembalap Belgia Thierry Boutsen. Mengawali musim dengan buruk saat dua pembalapnya gagal finish dalam balapan di Rio de Janeiro, Williams secara perlahan tapi pasti mulai menanjak naik.[10] Puncaknya adalah saat balapan keenam di Kanada dimana tim berhasil finish 1-2 untuk pertama kalinya bersama mesin Renault. Williams berhasil finish sebagai runner-up dalam klasemen konstruktor dengan 77 poin, 64 poin di belakang McLaren yang menjadi juara dunia. Patrese sendiri berada di P3 klasemen akhir dengan 40 poin, selisih 41 poin di bawah juara dunia 1989, Alain Prost. Sementara itu, Boutsen berada di P5 klasemen dengan 37 poin.
[sunting] 1990-an
- Masa keemasan
Boutsen meninggalkan Williams dan bergabung dengan Ligier pada awal 1991. Penggantinya adalah Nigel Mansell, yang pulang kampung setelah sebelumnya sempat memperkuat Ferrari selama dua musim. Williams juga merekrut calon juara dunia 1996, Damon Hill, sebagai salah satu pembalap tes mereka. Williams gagal finish di balapan pertama musim 1991 di Phoenix, dimana kedua pembalap gagal finish karena masalah gearbox. Kemudian berturut-turut Williams ditimpa kesialan setelah di San Marino mereka gagal finish kembali.[11] Masa pencerahan muncul di Monako saat Mansell berhasil finish dan meraih angka. Selanjutnya di Kanada, lagi-lagi dua Williams tersingkir karena masalah teknis. Williams akhirnya baru bisa mencetak kemenangan di Meksiko saat Patrese memimpin Mansell untuk mengantar Williams meraih kemenangan 1-2. Williams kemudian memenangi dua kemenangan berturut-turut, setelah Mansell memenangkan Grand Prix Prancis, dengan selisih lima detik di atas Ferrari Alain Prost. Mansell kemudian menang lagi di Inggris. Rentetan tiga kemenangan berturut-turut akhirnya meningkat menjadi empat ketika Mansell menang lagi di Jerman. Patrese sendiri menyusul sekitar 10 detik di belakangnya dan finish di tempat kedua. Senna mengakhiri dominasi kemenangan Williams di Hongaria, dengan finish lima detik lebih cepat dari Nigel Mansell. Mansell kemudian memenangkan Grand Prix Italia dan Spanyol, sementara Patrese memenangkan balapan di Portugal setelah balapan Mansell kacau saat pitstop di mana hanya tiga mur roda yang dipasang. Williams berhasil finish kedua di kejuaraan konstruktor, mencetak total 125 poin, 14 poin di belakang McLaren. Mansell sendiri berada di posisi kedua dalam kejuaraan pembalap, mencetak 72 poin, 24 poin di belakang Senna.
Musim 1992, Williams masih mempertahankan duet Mansell dan Patrese. Williams langsung menggebrak awal musim dengan kemenangan 1-2 di Afrika Selatan. Selanjutnya Mansell mulai mendominasi musim dengan memenangi empat balapan lain: Meksiko, Interlagos, Spanyol dan Imola. Patrese berhasil finish kedua di semua balapan itu kecuali di Spanyol saat ia tersingkir. Ayrton Senna sekali lagi mematahkan dominasi kemenangan Williams setelah ia menang di Monaco. Mansell kemudian kembali menang di empat balapan lainnya (termasuk juga di Inggris), dan saat musim memasuki balapan di Hongaria, Mansell sudah menjadi juara dunia. Di balapan terakhir di Adelaide, dua Williams tersingkir dari lomba. Meskipun begitu, gelar juara dunia konstruktor akhirnya tetap aman dalam genggaman Williams setelah Senna terlibat kecelakaan bersama Mansell. Mansell mengakhiri musim sebagai juara dunia dengan 108 poin dan Riccardo Patrese berada di posisi kedua dengan 56 poin. Namun meskipun berhasil mengantar Williams sebagai juara dunia, posisi Mansell sebagai pembalap akhirnya berakhir setelah ia digantikan Alain Prost untuk 1993. Riccardo Patrese sendiri akhirnya pindah ke Benetton Formula, dan membuat Damon Hill naik pangkat sebagai pembalap untuk tahun 1993.
Di musim 1993 dengan mobil canggih Williams FW15C yang dilengkapi suspensi aktif[12], Alain Prost mengawali musim dengan baik saat ia menang di Afsel. Selanjutnya di Brazil, Prost terlibat kecelakaan dengan Minardi Christian Fittipaldi dan hal ini dimanfaatkan dengan baik oleh Damon Hill yang mencetak podium pertamanya dengan finish di P2. Prost lantas memenangi tiga balapan selanjutnya secara beruntun, dan puncaknya terjadi di Perancis saat Prost dan Hill finish 1-2. Setelah sempat kalah dari Senna di balapan tengah musim, Prost kembali dengan kemenangan spektakuler di Inggris dan Jerman. Hill sebenarnya sempat memimpin di Silverstone dan Hockenheimring[13], tetapi ia gagal memenangi lomba akibat kegagalan mekanis, namun ia mampu bangkit saat balapan di Hongaria, Spa, dan Monza, dimana Hill benar-benar menguasai tiga balapan tersebut dengan kemenangan spektakuler. Setelah GP Italia, Williams gagal memenangi lomba sampai akhir musim, dan walaupun gagal menang di penghujung musim, Alain Prost akhirnya tampil sebagai juara dunia dan Williams tampil sebagai juara dunia konstruktor.
- Tragedi Ayrton Senna dan melawan Schumi
Musim 1994, Williams mengontrak pembalap Ayrton Senna, dan disaat yang bersamaan Alain Prost memilih untuk pensiun ketimbang berpasangan dengan mantan rival abadinya di McLaren tersebut. Williams mengembangkan dua jenis sasis FW16 untuk musim 1994. Sasis FW16B yang kemudian dipilih untuk diturunkan saat balapan dan sasis FW16 biasa digunakan untuk sesi tes. Perbedaan mendasar antara FW16 dan FW16B adalah di versi FW16B tidak ada perangkat-perangkat elektronik yang baru saja dilarang FIA di akhir 1993: suspensi aktif, kontrol traksi, dan ABS. Williams juga tampil dengan logo sponsor baru, yaitu produsen rokok Rothmans.[14]
Awal musim bagi Williams terbilang buruk saat Senna gagal finish di Brazil saat balapan tersisa 16 lap lagi. Disusul kemudian di GP Pasifik saat Senna kandas oleh mantan rekannya di McLaren, Mika Hakkinen sesaat selepas start. Masuk ke GP San Marino, Senna penuh percaya diri yakin bahwa ia bisa memberikan kemenangan bagi tim barunya tersebut. Namun ternyata sebuah kecelakaan hebat menimpa Senna saat memasuki lap kelima. Mobil FW16B Senna keluar dari trek dan menghujam tembok pembatas.[15] Senna tewas tiga jam seusai lomba di rumah sakit di kota Bologna.[16] Balapan GP San Marino kemudian dikenang oleh fans F1 sebagai balapan paling kelam dalam sejarah F1. Balapan selanjutnya di Monaco, Williams hanya menurunkan satu pembalap saja, yaitu Damon Hill.[17] Dan sejak GP Monaco juga, Williams menampilkan logo Senna dalam setiap mobil F1 mereka sebagai tanda penghormatan bagi Sang Legenda Brazil tersebut.[18] Meskipun begitu, tim Williams juga harus menghadapi tuntutan hukum dari pemerintah Italia atas pembunuhan tidak sengaja kepada Ayrton Senna. Kasus yang melibatkan Frank Williams, Patrick Head, dan Adrian Newey ini baru bisa selesai di tahun 2005.[19][20]
Di GP Spanyol 1994, Williams menarik David Coulthard sebagai pembalap, dan Damon Hill secara tidak terduga tampil sebagai penantang gelar juara dunia melawan Michael Schumacher dan tim Benetton. Di sisa empat balapan terakhir musim 1994, Williams kembali memanggil Nigel Mansell untuk membalap menggantikan Coulthard.[21][22] Hill yang menjadi penantang gelar juara dunia, dikalahkan Schumi di balapan terakhir di Australia, dimana saat itu Schumi secara kontroversial menghalangi dan menyenggol mobil Hill hingga mereka berdua tersingkir dari lomba, dan memuluskan Schumi meraih gelar juara dunianya yang pertama.[23][24] Nigel Mansell tampil sebagai penyelamat dengan menang di Australia sekaligus memastikan Williams sebagai juara dunia konstruktor 1994.
Musim 1995, Hill dan Coulthard bertahan di Williams dan Nigel Mansell bergabung ke McLaren. Rival utama Williams kali ini masih Michael Schumacher dan Benetton yang sekarang diperkuat oleh mesin Renault yang serupa dengan yang dipakai Williams. Balapan pertama di Interlagos, Schumi menguasai lomba dan Coulthard finish kedua. Namun seusai balapan, Benetton dan Williams sempat didiskualifikasi karena memakai bahan bakar ilegal. Elf dan Renault lantas mengajukan banding ke FIA, dan banding tersebut diterima, sehingga Schumi dan Coulthard tetap dinyatakan finish 1-2, tetapi poin konstruktor untuk Benetton dan Williams dibatalkan.[25] Damon Hill lantas memenangi lomba di Argentina, San Marino, Hungaria, dan Australia. David Coulthard hanya mencatat satu kemenangan saja di Portugis (kemenangan perdananya di ajang F1).[26] Koalisi Ross Brawn dan Rory Byrne di Benetton berhasil mengakhiri dominasi Williams dalam kejuaraan konstruktor, dan Schumi kembali mempertahankan gelar juara dunia yang ia raih di 1994.
- Akhir masa keemasan
Tahun 1997 merupakan tahun terakhir dari dominasi Williams-Renault, dengan pasangan Villeneuve dan Frentzen. Heinz-Harald Frentzen hanya menang satu balapan saja yaitu di GP San Marino.[28] Jacques Villeneuve memenangkan tujuh balapan selama musim 1997, dengan saingan utamanya, Michael Schumacher dari Ferrari yang bangkit kembali yang berhasil menang lima balapan. Williams juga berhasil menang di kandang sendiri di Silverstone. Masuk ke putaran terakhir musim di Jerez, Schumacher memimpin atas JV dengan selisih 1 angka, namun pada lap 48, Schumacher dan Villeneuve bertabrakan. Schumacher didiskualifikasi dari tempat kedua di kejuaraan sebagai hukuman atas kecelakaan antara dirinya dan JV.[29] Williams memenangkan gelar konstruktor untuk kedua kalinya berturut-turut dengan mencetak 123 poin, sementara Jacques Villeneuve memenangkan gelar juara dunia dengan selisih tiga poin atas Michael Schumacher, yang secara kontroversial poinnya masih tetap dimasukkan dalam penghitungan klasemen sekalipun ia didiskualifikasi. Heinz-Harald Frentzen finish di tempat ketiga klasemen pembalap dengan selisih poin jauh atas JV.
- Era Mecachrome dan Supertec
Setelah tahun 1997, tim tidak mampu mempertahankan dominasinya di Formula 1 setelah Renault mengundurkan diri dari F1, dan Adrian Newey hengkang ke tim rival McLaren. Williams kemudian harus membayar untuk mesin Mecachrome, yang berbasis dari mesin Renault yang mereka gunakan di musim 1997.[30] Kedua mobil Williams di musim 1998 benar-benar kedodoran, dan ada beberapa pengamat F1 yang menyebut bahwa mobil 1998 Williams tidak sesuai dengan aturan regulasi baru yang diterapkan FIA. Perubahan besar lainnya adalah sponsor rokok Rothmans yang memilih untuk mempromosikan merek lain mereka Winfield, yang sekaligus juga mengakhiri era seragam biru dan putih yang populer.[31] Untuk tahun 1998 sendiri Williams masih mempertahankan dua pembalap dari musim sebelumnya. Dan untuk pertama kalinya sejak tahun 1983 seorang juara dunia tetap bertahan membalap untuk Williams. Sementara Ferrari dan McLaren bersaing untuk perebutan gelar pembalap dan konstruktor, Williams malah terseok-seok di barisan tengah. Tim tidak memenangkan satu balapan pun dan hanya meraih tiga podium selama musim 1998, dengan Frentzen yang finish ketiga di Albert Park dan Villeneuve yang finish ketiga di Hockenheim dan Hungaroring. Williams akhirnya hanya menempati posisi ketiga dalam klasemen konstruktor dengan 38 poin. Sementara Jacques Villeneuve hanya berada di posisi kelima dalam klasemen pembalap dengan 21 poin. Heinz-Harald Frentzen sendiri hanya berada di P7 klasemen akhir.
Pada tahun 1999, Williams memakai mesin Supertec yang juga masih berbasis dari mesin Renault di tahun 1997. Sebelumnya, Jacques Villeneuve pindah ke tim baru, BAR dan Heinz-Harald Frentzen pindah ke Jordan. Williams kemudian merekrut pembalap Jerman yang juga adik Michael Schumacher, Ralf Schumacher dan pembalap Italia Alex Zanardi. Sekali lagi, Williams hanya berhasil meraih tiga podium di 1999, yang semuanya diraih oleh Ralf Schumacher, dengan tempat ketiga di Australia dan Inggris, dan tempat kedua di Italia. Tim kemudian hanya berada di posisi kelima dalam kejuaraan konstruktor, yang merupakan posisi terendah dari posisi tim Williams di musim-musim sebelumnya.
2000-an
- Kerjasama dengan BMW
Di musim pertama BMW bersama Williams di tahun 2000, tim belum memperoleh satu kemenangan pun. Tetapi kemajuan berarti mulai terlihat saat mereka berhasil naik podium tiga kali yang kesemuanya diraih oleh Ralf Schumacher. Williams kembali naik ke posisi ketiga dalam kejuaraan konstruktor, dengan 36 poin. Ralf Schumacher sendiri berada di posisi kelima dalam klasemen pembalap, sementara Button, dalam musim debutnya berhasil berada di posisi delapan klasemen.
Jenson Button pada tahun 2001 pindah ke Benetton-Renault karena kedatangan Montoya di tim Williams. Mobil FW23 berhasil memenangkan empat balapan, tiga oleh Ralf Schumacher di Imola, Montreal, dan balapan di rumahnya di Grand Prix Jerman. Rekan setimnya, Juan Pablo Montoya, memenangi balapan sekali di Monza. Hasil gemilang tersebut masih belum mampu mendongkrak tim Williams yang masih harus puas di posisi ketiga klasemen konstruktor.
Untuk tahun 2002, Williams mempertahankan duet pembalap mereka. Secara keseluruhan tim hanya memenangkan satu balapan saja, yaitu di Malaysia, sebagai salah satu dari hanya dua balapan yang tidak dimenangkan oleh Ferrari di tahun dominasi Michael Schumacher dan Rubens Barrichello.[32] Williams hanya naik satu posisi dalam klasemen konstruktor yaitu di posisi runner-up. Juan Montoya sendiri hanya mampu meraih peringkat ketiga dalam klasemen pembalap, delapan poin di depan Ralf Schumacher, yang berada di urutan keempat.
Musim 2003 menjadi puncak sukses dari tim BMW-Williams. Selama pra-musim, Frank Williams sangat yakin bahwa mobil FW25 akan menjadi salah satu penantang gelar juara dunia.[33] Tim memenangkan empat balapan, Montoya menang dua kali di Monaco dan Jerman, sementara Ralf Schumacher menang di Nürburgring dan di Magny-Cours. Montoya bahkan sempat masuk ke dalam kandidat juara dunia. Namun pembalap Kolombia akhirnya harus puas di P3 klasemen, 11 poin di belakang Michael Schumacher, sedangkan Ralf Schumacher hanya mampu berada di posisi kelima klasemen. Williams sendiri masih berada di posisi kedua dalam klasemen konstruktor, dua poin di depan McLaren.
Pada awal musim 2004, Juan Pablo Montoya mengejutkan publik bahwa ia akan memperkuat McLaren mulai musim 2005. Tim Williams memperkenalkan sebuah desain radikal di musim 2004 yaitu desain-kerucut hidung radikal, yang dikenal sebagai "Hidung-Walrus", yang ternyata saat prakteknya di trek hidung ini terbukti tidak kompetitif dan digantikan oleh desain hidung konvensional di paruh kedua musim. Ferrari untuk ketiga kalinya dalam tiga musim berturut-turut kembali mendominasi musim dengan menang 15 dari 18 balapan, Williams hanya memenangi satu balapan saja di balapan terakhir di Brasil dimana Juan Pablo Montoya memenangkan lomba setelah mengalahkan posisi kedua yang diduduki Kimi Raikkonen. Williams mengakhiri musim 2004 dengan berada di posisi keempat, mencetak 88 poin dan meraih posisi podium enam kali.
Untuk musim 2005, Ralf Schumacher pindah ke Toyota sedangkan Juan Montoya pindah ke McLaren. Williams lantas mengontrak pembalap Australia Mark Webber dan Nick Heidfeld dari Jerman.[34][35] Awalnya Jenson Button diklaim telah bergabung dengan Williams untuk 2005, tapi sebuah keputusan dari Badan Hukum FIA berhasil membuat Jense tetap duduk di kursi BAR karena Jense dianggap melanggar kontrak kerja dengan BAR.[36][37] Nick Heidfeld bersaing dengan test driver Brasil Antônio Pizzonia untuk kursi balap kedua selama Desember 2004 dan Januari 2005, dan Heidfeld akhirnya terpilih karena BMW masih tetap menginginkan agar ada satu pembalap Jerman dalam tim.[38] Pizzonia akhirnya harus puas sebagai test driver bagi tim selama musim 2005. Sementara itu, Button secara aklamasi menandatangani kontrak sebagai pembalap Williams untuk musim 2006.
Selama musim F1 tahun 2004 dan 2005, BMW Motorsport dan DR. Mario Theissen mengkritik ketidakmampuan tim WilliamsF1 untuk menciptakan paket mobil yang mampu memenangkan kejuaraan konstruktor, atau bahkan beberapa kemenangan dalam satu musim.[39] Williams, di sisi lain, menyalahkan BMW karena tidak mampu membuat sebuah mesin yang cukup bagus.[40] Kegagalan Williams mendatangkan Jenson Button dari BAR disinyalir juga menjadi awal masalah Frank vs. BMW. Meskipun Frank Williams memakai Nick Heidfeld sebagai pembalap kedua diduga demi tuntutan komersial, Frank tetap menyukai pembalap tes mereka Antonio Pizzonia. Puncak dari perang Williams vs. BMW adalah hengkangnya BMW dari tim yang kemudian memilih untuk membeli Sauber dan meluncurkan ulang tim dengan nama BMW-Sauber.[41]
Williams sebenarnya bisa memilih untuk melanjutkan kontrak dengan mesin BMW pada tahun 2006, meskipun pada kenyataannya produsen mesin Jerman tersebut hendak membentuk tim sendiri. Pada akhirnya, WilliamsF1 memilih mesin V8 Cosworth untuk 2006.
Periode 2000-2005 Williams kembali membentuk image lama dengan pulas mobil tim yang berwarna biru-putih. BMW juga menetapkan bahwa seluruh sponsor yang hendak memasang iklan diatas mobil Williams wajib mewarnai logo sponsornya dengan warna biru dan putih. Williams menjadi tim besar yang mempelopori penghapusan iklan sponsor rokok sejak tahun 2000 dan mendukung perusahaan-perusahaan teknologi informasi sebagai sponsor utama tim, salah satunya Compaq. Sponsor tersebut berlangsung sampai akuisisi Compaq oleh Hewlett-Packard. Pada GP Inggris 2002, tim memulai debut sponsor Hewlett-Packard. Setelah datang beragam keluhan tentang logo HP pada sayap belakang yang dinilai kurang efektif karena tidak terlihat oleh fans baik di sirkuit maupun di layar TV, maka pada tahun 2003 dengan Williams menggantinya dengan slogan HP: "Invent".
- Mencoba mesin Cosworth (2006)
Musim 2006 Nico Rosberg, pembalap muda putra juara dunia 1982 Keke Rosberg, masuk ke tim menggantikan Nick Heidfeld, yang ikut BMW ke BMW Sauber, sedangkan Mark Webber tetap tinggal bersama tim. Meski telah menandatangani kontrak bersama Williams, Jenson Button memutuskan untuk tetap tinggal dengan BAR untuk tahun 2006 yang kemudian berubah nama menjadi Honda Racing F1 Team. Pada bulan September 2005 kesepakatan dicapai untuk memungkinkan Button untuk tetap dengan BAR, dengan Williams menerima kompensiasi sekitar £24.000.000, sebagian dibayar oleh Jenson sendiri untuk membatalkan kontrak ini.
WilliamsF1 dan Cosworth mengadakan perjanjian kemitraan di mana Cosworth akan memasok mesin, transmisi dan perangkat elektronik serta perangkat lunak untuk tim.[42] Sponsor utama Hewlett-Packard (HP) mengakhiri perjanjian sponsor satu tahun sebelum kontrak mereka resmi berakhir di akhir 2006. Tim WilliamsF1 juga beralih ke ban Bridgestone, dan mengklaim bahwa tim kini sudah murni independen dan menjadi salah satu pendukung Scuderia Ferrari dan FIA dalam melawan aliansi tim-tim pabrikan yang tergabung dalam GPWC.
Musim 2006 dimulai Williams dengan baik, dengan kedua pembalap mereka yang mampu mencetak poin di balapan pembuka musim. Nico Rosberg juga mencatatkan lap tercepat di Grand Prix Bahrain. Namun, memasuki balapan kedua dan berlanjut terus sampai pertengahan musim, Williams mulai tampil mengecewakan, dengan catatan 20 kali tersingkir dari 36 start untuk kedua mobilnya. Tim gagal mencapai posisi podium dimusim 2006, yang merupakan kali pertama sejak debut Williams di 1977. Tim ini akhirnya hanya mampu finish kedelapan dalam klasemen konstruktor, dengan hanya meraih 11 poin.
- Kerjasama dengan Toyota
Rosberg dan Wurz memberikan Williams hasil lebih produktif ketimbang musim sebelumnya. Wurz finish podium di Kanada 2007 yang merupakan podium pertama Williams sejak GP Eropa 2005. Wurz kemudian mengumumkan akan mengundurkan diri sebelum musim usai[46], dan posisinya digantikan Kazuki Nakajima yang membalap hanya untuk satu kali balapan saja di Brazil. Williams kembali naik dalam klasemen konstruktor dengan berada di P4.
Untuk musim 2008, Williams mengumumkan bahwa Nico Rosberg dan Kazuki Nakajima masih tetap dipertahankan tim. Rosberg berhasil bertahan di Williams setelah sebelumnya ia digoda untuk pindah ke McLaren untuk mengisi kursi kosong yang ditinggalkan Fernando Alonso.[47] Musim 2008 merupakan campuran dari keberhasilan dan kekecewaan untuk tim Williams. Nico Rosberg berhasil memperoleh dua kali podium di Australia dan Singapura, sementara Kazuki Nakajima masih berkutat di barisan tengah dan selalu gagal untuk meraih angka.
Frank Williams mengakui bahwa ia menyesal berpisah dengan BMW, tapi ia sendiri cukup senang dengan Toyota yang ia klaim memiliki kemampuan luar biasa untuk menjadi pemasok mesin papan atas. Spekulasi mulai berkembang seputar masa depan tim pabrikan Toyota di F1, dimana muncul kemungkinan Toyota akan menutup tim mereka dan beralih menjadi pemasok mesin eksklusif bagi Williams. Pada bulan Desember 2008 Williams menegaskan komitmen mereka untuk bertahan di F1 setelah pengumuman pengunduran diri dari Honda.[48] Menjelang akhir tahun 2009 tepatnya di Grand Prix Brasil, Williams mengumumkan bahwa mereka akan mengakhiri kontrak tiga tahun bersama Toyota dan akan mencari pemasok mesin baru untuk 2010.
2010-an
- Memakai mesin Cosworth (lagi)
Struktur tim
Susunan tim saat ini
| Nama | Posisi dalam tim |
|---|---|
| Pendiri tim | |
| Direktur teknik senior | |
| Direktur teknik | |
| CEO, Williams Group | |
| Pembalap | |
| Pembalap | |
| Pembalap tes |
Daftar pembalap
Williams dalam balapan lain
Formula 2
Mobil BMW V12 LMR Le Mans 24 Hours, yang dibangun Williams bersama BMW dan berhasil memenangi ajang balap ketahanan Le Mans tahun 1999.
Balap turing dan reli WRC
Mobil reli Metro 6R4 dikembangkan oleh Williams pada tahun 1984 dengan persetujuan dari Rover Company. Mobil ini adalah mobil jenis Metro Rover dengan mesin V6 yang sama sekali baru (mesin berada ditengah) dan sistem four-wheel drive yang dikembangkan untuk reli WRC kategori Group B. Williams mengembangkan mobil hanya dalam waktu enam bulan.Williams juga turun di ajang balap turing. Melalui anak perusahaannya, Williams Touring Car Engineering, yang kemudian menjadi mitra resmi dari pabrikan Renault dalam ajang British Touring Car Championship antara tahun 1995 sampai 1999. Mobil yang digunakan adalah jenis Renault Laguna yang diproduksi di pabrik lama Williams di Didcot (Saat itu tim Williams F1 baru saja berpindah markas ke Grove). Kerjasama Williams dan Renault dalam ajang BTCC terbilang cukup sukses dengan memenangkan gelar juara pabrikan tahun 1995 dan 1997 dan gelar juara pembalap dengan pembalap Swiss Alain Menu pada tahun 1997.
Le Mans 24 Hours
Sebelum mengumumkan secara resmi kemitraan F1 mereka, Williams Motorsport membangun sebuah mobil prototipe Le Mans untuk BMW, yang dikenal dengan nama LM V12 dan V12 LMR. Mobil V12 LMR memenangkan ajang 24 Hours of Le Mans pada tahun 1999. Mobil itu dikemudikan oleh Pierluigi Martini, Yannick Dalmas, dan Joachim Winkelhock.[53] Mobil tersebut dioperasikan oleh Schnitzer Motorsport di bawah nama BMW Motorsport.Williams Hybrid Power
Sukses di dunia motorsport tidak membuat lupa Williams akan kontribusi untuk kehidupan masyarakat luas. Di awal 2008, seiring akan adanya peraturan baru FIA tentang KERS di musim 2009, Williams mendirikan sebuah anak perusahaan baru bernama Williams Hybrid Power, yang bertujuan untuk mengembangkan sistem penyimpanan tenaga kinetik dari hasil pengereman lewat sistem flywheel. Sistem ini kemudian sukses diujicobakan di kereta trem dan bus kota di London, Inggris.Sekalipun mobil F1 tidak memakai flywheel, Williams masih mencoba untuk menintregrasikan sistem flywheel dengan KERS, yang ironisnya mereka batalkan penggunaannya untuk musim 2009, namun mereka masih menyimpan konsep tersebut untuk musim F1 2011 yang kemungkinan besar akan kembali mewajibkan tim untuk memakai sistem KERS.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar